Hai, hai, berapa banyak koleksi sarung di rumah kita, ya? Kalau di keluarga kami, sih, nggak terhitung, nih. Berhubung adik saya lulusan pondok yang pakai sarung seolah sudah jadi kebiasaan. Bahkan ia pernah mengantarkan saya dinas malam hanya sarungan. Sampai-sampai sewaktu mengisi bensin di pertamini jadi bahan tanya. "Kok pakai sarung malam-malam? Mau ke mana?" Mungkin pertanyaan ini terlontar berhubung saya bawa tas agak gede juga. Apakah kami dikira minggat? Hahaha.
Nah, berhubung tahun ini Mama sudah mengeluarkan ultimatum supaya lebih berhemat, otak jadi auto berpikir keras. Apakah bisa sumber daya yang ada ini diolah lebih maksimal sehingga baju lama bisa serasa baju baru dengan sentuhan kreasi.
Alhamdulillah, kehadiran sarung sungguh membawa berkah tersendiri yang ternyata bisa banget menjadi ide outfit menarik di hari lebaran ini.
Pertama, dijadikan kulot. Atasannya tentu bisa apa saja. Lebih kece, sih, jika berwarna senada dengan salah satu motif sarung, ya. Cara menjahitnya juga nggak terlalu sulit. Gunting, kasih karet, dan hal-hal sederhana lain yang nggak pake ribet, kok.
Kedua, dijadikan outer. Mungkin sudah banyak juga rekomendasi ini, ya. Buat kami yang pernah tinggal di asrama, outer ini berguna banget saat mau keluar asrama, tetapi malas ganti baju lengan panjang. Yes, solusi ampuh banget, sih, ini.
Ketiga, dijadikan jilbab. Kalau ini, sih, memang ilmu praktis yang nggak sengaja ditemukan saat sarung dijadikan outer. Eh, ternyata bisa juga buat dijadikan jilbab. Anti mleyot-mleyot club pula. Ehm, jadi bertambah, deh, ide kreasi outfit pakai sarung ini.
Kreasi outfit pakai sarung memang banyak, sih. Saat saya berselancar di dunia maya, banyak ide-ide keren seputar kreasi outfit pakai sarung buat menunjang penampilan di hari nan fitri tetap trendi.
Oh, ya, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI Kantor Wilayah Provinsi Lampung, ternyata sarung memiliki banyak makna. Makna filosofis yang utama dari sarung adalah kesederhanaan.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kain sarung itu umumnya sederhana, adem, dan tidak sempit. Hal ini mengisyaratkan bahwa sang pemakai sarung harus sederhana, adem alias tidak mudah emosi, dan memiliki pola pikir yang tidak sempit. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H