Saya pernah melakukan hal agak ekstrem ketika kuliah dahulu, yakni pergi ke bioskop seorang diri. Ngapain, sih? Ternyata ada satu film yang begitu menarik hati saya kala itu. Film berjudul Cinta Suci Zahrana. Film bernuansa islami yang tokoh utamanya Meyda Sefira, seorang aktris Indonesia yang sukses membuat saya terpesona sejak perannya sebagai Ayyatul Husna di film Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2.
Salah seorang teman sampai berpendapat kok mau-maunya saya nonton bioskop seorang diri. Saya juga mikir ulang, sih, kalau ditanya lagi sekarang. Namun satu yang pasti saya masih seperti itu, kok. Jika melakukan sesuatu penuh pertimbangan dan tentu saja jika memang saya rasa lebih banyak kebaikan yang bisa didapatkan, yuk bismillah mulai langkah.
Jadi film yang bikin tobat ala saya itu berjudul Cinta Suci Zahrana. Tobat dari apa, sih? Tepatnya dari tobat untuk tidak merasa cukup dengan takdir yang Allah swt berikan.
Film ini mengambil latar di pulau Jawa karena dalam beberapa pengambilan tempat terlihat pula Candi Prambanan, salah satu lokasi wisata yang alhamdulillah sudah tercapai untuk mengunjunginya beberapa tahun yang lalu.
Dikisahkan Zahrana adalah seorang dosen yang belum juga menikah di usianya yang mungkin terbilang tak lagi muda. Hal ini menimbulkan kegelisahan di hati orang tuanya, terutama sang Bapak.
Zahrana ditampakkan cukup sukses dari deretan piala dan foto-foto pencapaiannya. Namun itu semua belum bisa menjadi penawar hati di usia orang tuanya yang senja.
Zahrana tak putus asa. Ia pun terus berdoa dan memulai beberapa ikhtiar pencarian jodoh. Pencarian ini tak mudah karena ia bertemu dengan beberapa hal yang membuat penonton tertawa.
Hingga akhirnya dengan bantuan Pak Kyai dan Bu Nyai yang mengasuh sebuah pondok pesantren, Zahrana tinggal selangkah lagi menuju hari pernikahan.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, Zahrana gagal menikah setelah satu kejadian memilukan terjadi. Karena kejadian itu pula sang Bapak terkena serangan jantung dan akhirnya meninggal dunia.
Zahrana adalah sosok perempuan yang tegar. Ia memang sempat patah, tetapi bisa bangkit kembali untuk menumbuhkan cita dan cinta yang hampir mati.