Lihat ke Halaman Asli

Karunia Sylviany Sambas

Bidan, Penulis, Blogger

Puasa Media Sosial, Penuhi Waktu Berharga Bagi Diri

Diperbarui: 30 Maret 2024   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by bruce mars on Unsplash

Melihat intensitas interaksi dengan media sosial kini, apakah kamu pernah benar-benar puasa media sosial? Saya pernah, sih. Walaupun mungkin nggak dalam kategori lama banget. Saat membuka kembali akses media sosial, dreet, ponsel saya seperti terkena kejutan luar biasa. Beruntung ponsel tersebut masih aman. Tidak ada satu hal berarti sehingga membuatnya perlu mendapat perbaikan.

Alasan Puasa Media Sosial, Tentang Kesehatan yang Tak Boleh Abai

Apakah mungkin puasa media sosial. Menurut saya memang memungkinkan, sih. Terlebih memang ada satu kondisi yang mengharuskan kita mengurangi interaksi dengannya, bisa jadi alasan kesehatan fisik hingga mental.

Menurut saya setidaknya kondisi berikut bisa jadi mengharuskan saya melakukan apa yang disebut puasa media sosial.

Butuh Konsentrasi Lebih

Pernah suatu ketika saya mengejar tenggat yang mulai mendekati akhir untuk sebuah penulisan cerita anak. Saya yang memang sampai kini masih perlu mengatur waktu untuk berbagai hal mulanya tidak ingin mengikuti seleksi penulisan dan pelatihan penulis. Siapa sangka keinginan kuat mengikuti muncul di hari terakhir pendaftaran. Dasar saya yang pantang menyerah sebelum berjuang, saya mulai menulis naskah tiga jam sebelum penutupan.

Bisa? Insyaallah saya baru kembali dari pelatihan tersebut sekitar tiga pekan yang lalu. Saat menulis naskah itu, saya sengaja menonaktifkan semua notif dari akun media sosial yang saya miliki. Dalam masa itu saya hanya sesekali mengecek laman media sosial penyelenggara lomba untuk menemukan info perpanjangan waktu pengiriman. Sayang sekali, harapan itu tidak terjadi.

Menghadiri Acara Penting

Sewaktu mengikuti bimbingan penulisan tiga pekan yang lalu, beberapa teman saya menghubungi. Jika berupa pesan di kolom chat, saya hanya membaca dengan gulir depan layar sedangkan untuk membalasnya baru akan saya lakukan ketika kembali ke kamar hotel. Saya juga sengaja mengaktifkan mode getar dan hening saat pembicara menyampaikan materi karena benar-benar membutuhkan fokus. 

Tidak Ingin Dihubungi

Pernah juga saya puasa media sosial sebab tidak sedang ingin berinteraksi dengan siapapun melalui media sosial. Ada masanya, seperti saat saya pulang sif malam. Saya perlu waktu beberapa jam untuk memulihkan energi. Bila saya keukeuh menghidupkan paket data dan scroll media sosial bisa jadi saya akan kehilangan waktu istirahat yang berharga.


Kondisi yang mengharuskan saya melakukan apa yang disebut puasa media sosial tersebut  bisa juga terjadi pada Anda, kan? Intinya, bagi saya, ya, kita harus lebih bijak dalam menentukan waktu kapan harus bermedia sosial secara intens, misal sedang ada tanggungan pekerjaan dan kapan pula  harus puasa media sosial. Kita tidak menutup diri pada perkembangan teknologi bukan berarti kita kehilangan waktu menghargai diri sendiri, kan? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline