Peringatan di media tv dan media cetak bahwa angka covid 19 masih tinggi, tidak mengurangi minat masyarakat untuk jalan keluar kota ataupun keluar negri. Prokes masih di jalankan dengan memakai masker, memakai hand sanitiser setelah menlakuakn sesuatu. Tapi untuk menjaga jarak, sudah tidak banyak dilakukan. Lihatlah kerumunan ada di mana -mana. Banyak orang menganggap kalau kena covid ya anggap saja seperti flu, banyak yang tidak mau melakukan swab, akibatnya ya virus menyebar kemana mana.
Saya baru saja selesai melakukan isoman, ini yang kedua kali saya menerima virus C 19, yang pertama jenis omicron. Yang kedua ini memang seperti flu tetapi rasanya lebih berat, terutama daerah tenggorokan dan mulut, mulut terasa sangat pahit, sedangkan tenggorokan sakit.
Tidak ada serangan di hidung, jadi tidak ada pilek. Karena saya hanya melakukan swab antigen, jadi tidak mendapat obat gratis dari kemenkes. atas kesepakatan keluarga yang tidak mau tertular,
Saya melakukan isoman, tidak keluar kamar selama sepuluh hari, aplikasi peduli lindungi menyarankan isoman selama 12 hari. Dengan minum obat dan vitamin, akhirnya isoman selesai, dan lebih amannya melakukan test antigen lagi dengan hasil negatif.
Jadi teman-teman, walaupun kita sudah berhati hati menjalankan prokes kalau kita berada dalam lingkungan yang longar prokesnya longgar yang kemungkinan kena virus C19 itu tetap ada. Dan setelah terkena virus kembali ke diri kita sendiri, kalau kita peduli sesama minimal keluarga , sebaiknya kita menjaga jarak atau melakukan isoman.
Kapan masalah virus ini akan berakhir? Kenapa negara lain sudah ada yang bebas masker ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H