Malioboro, siapa yang tidak mengenal tempat ini, bagi wisatawan Yogjakarta Malioboro pasti masuk ke agenda perjalanan mereka. Di sini bisa mendapatkan berbagai macam produk lokal sebagai oleh-oleh.
Kalau rajin memilih dan memilah akan mendapatkan barang yang kualitasnya sama dengan yang dijual di toko. Kadang pada saat berjalan melihat kerajinan yang menarik untuk dibeli. Itu dulu..., ketika masih penuh pedagang kaki lima.
Kini Malioboro menampakkan wajah baru, tak ada lagi pedagang di kaki lima yang memenuhi jalan, tak ada lagi yang berdesakan antara pembeli kaki lima dan pejalan kaki.
Menyusuri sepanjang Malioboro terasa lengang, merasakan ada sensasi yang hilang. Pengunjung lebih banyak duduk di kursi dan bangku yang bertebaran disepanjang trotoar. Ada yang sekedar duduk sambil ngobrol, atau sekedar duduk melepas lelah,dan pastinya berfoto ria.
Sebagai warga yang besar di kota tercinta ini, merasa kehilangan dengan kemegahan beberapa toko dan bangunan yang dulu pada jamannya merupakan kebanggaan kami.
Dulu ada toko Samijaya yang merupakan tujuan warga Yogja kalau pergi ke Malioboro. Sekarang tingga bangunan tak bernama dan tidak terawat, sebelah Samijaya dulu ada hotel Mutiara yang megah, sekarang juga tinggal kenangan.
Lalu dimana para pedagang kaki lima? mereka ada di teras malioboro 1 dan 2, jadi ada di ujung utara dan selatan, mereka berkumpul di situ dan tetap ramai dengan pembeli setianya.
Hal yang menarik ketika saya menyusuri Malioboro wajah baru ini, banyak kegiatan pengambilan foto di beberapa sudut, dengan kostum baju tradisional Jawa, sebuah peluang yang menarik bagi yang punya foto studio.
Perubahan apapun yang dilakukan pada Malioboro, tempat ini tetap menjadi magnit bagi wisatawan, dari pagi hari hingga malam tetap padat pengunjung, Yogjakarta memang istimewa.