Lihat ke Halaman Asli

Maulid dan Perenungan Kita

Diperbarui: 21 September 2024   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

idn times

 Islam dianggap agama atau keyakinan yang progresif. Pada masa perkembangan mula-mula, memang banyak tantangan yang berkatagori tantangan fisik. Peperangan antar suku, keyakinan, sampai wilayah. Ini melibatkan pertumpahan darah dan pengorbanan yang cukup besar.  Kekerasan yang menyertai perkembangan agama ini hanya 2 % dari semuan ayat dan hadits.

Karena progresifitasnya, Islam kini berkembang sangat pesat, dan menjadi agama ke dua yang banyak dianut setelah Kristen di dunia. Tidak saja meliputi jazirah arab, namun merambah ke Asia, Eropa, Australia, bahkan Amerika dan Afrika.

Namun, meski Islam berkembang pesat, tantangannya bergeser ke beberapa hal yang menyangkut tafsir dan soal citra. Seringkali Islam ditafsirkan sebagai agama yang akrab dengan kekerasan. Hal ini tak lepas dari beberapa kejadian seperti kelompok-kelompok garis keras yang menghancurkan menara kembar di New York tahun 2001. Kemudian diikuti oleh beberapa kejadian kekerasan lain baik di Indonesia, dan beberapa negara lain seperti di Eropa, New Zeland dll. Ini tak lepas dari penghilangan konteks dalam menafsirkan ayat dan Hadits. Padahal seperti yang saya sampaikan di atas, konteks perang dan kekerasan hanya 2% dari seluruh ayat dan hadits.

Belum lagi kelompok-kelompok radikal  yang memakai glorifikasi kekhilafahan yang telah runtuh pada abad 20 yaitu Otsmanis di Turki. Glorifikasi kekhilafahan ini sangat nyata dilakukan oleh pihak tertentu pada saat ISIS melawan pemerintahan resmi Suriah. Secara terang-terangan ISIS atau lebihndikenal sebagai Islamic State (IS) melakukan propaganda ke selutuh dunia soal impian kekhilafahan. Banyak sekali umat muslim yang terjebak pada proganda itu, dan berangkat ke ke Suriha. Kini mereka harus menjadi tawanan politik karena keterlibatannya dengan ISIS melawan Suriah.

Peringatan dan perayaan Maulid Nabi ini adalah momentum untuk kembali memahami sisi kemanusiaan dalam diri Nabi Muhammad yang sering diabaikan oleh kelompok radikal. Mereka seringkali terpaku pada kewajiban dakwah sehingga terjebak pada ortodoksi yang muaranya berlawanan dengan tujuan dakwah dari Nabi Muhammad.

Penghormatan kepada Nabi Muhammad tidak boleh disempitkan hanya dalam satu kasus tertentu dengan menghilangkan konteksnya. Sebagai Rasul, Muhammad adalah pedoman hidup orang Islam. Sebagai manusia, Muhammad adalah rahmat bagi seluruh makhluk semesta alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline