Seorang sosiolog yang sering mengundang kontrovesi yaitu Musni Umar bebeapa waktu lalu menyerukan soal pemakzulan Presiden RI Joko Widodo. Seruan ini kemudian ditegaskan lagi dengan diskusi dengan tajuk senada di akun youtube seorang akademisi.
Beberapa hari sebelumnya, Amin Rais juga menyerukan ide pemakzulan terhadap Joko Widodo. Banyak yang tak tahu bahwa Amin Rais yang dikenal sebagai salah satu tokoh Reformasi yang sering berseberangan dengan pemerintah itu sejatinya juga adalah akademisi Universitas Gajah Mada (UGM) untuk bidang Hubungan Internasional. Namun sejak sering salah langkah dalam politik, akhirnya dia menjadi sangat tidak populer bahkan sering dijuluki sebagai "orang tua yang sering menggangu kaum lebih muda yang sedang dipercaya oleh rakyat alias pemeintah"
Mereka yang memilih berseberangan dengan pemerintah itu menyerukan People Power sebagai langkah untuk memakzulkan Presiden. Bahkan Amin Rais memasang baliho di sepanjang jalan di Solo. Alasan sikap itu, bahwa mereka kecewa tehadap kepemimpinan saat ini yang menurut mereka tidak bisa mengatasi banyak persoalan bahkan sampai ke daerah daerah.
Beberapa dari mereka sendiri mengungkapkan bahwa langkah ini seperti berteriak di gurun pasir dimana tidak ada orang yang mau mendengar dan mengindahkan mereka. Bahkan lontaran dan ide mereka dianggap menganggu masyarakat yang sedang tekun berkarya setelah covid 19 berakhir.
Lagipula ini adalah tahun terakhir dimana presiden RI menjabat karena tahun depan, pesta demokrasi hendak dilakukan, dan Jokowi memang harus turun sebagai presiden bukan karena dimakzulkan,
Narasi dalam ajakan pemakzulan oleh beberapa pihak cenderung tidak semestinya. Beberapa pihak boleh saja tidak suka tapi diharapkan bukan tidak suka "buta" seperti di atas. Atau benci yang membabi buta. Apalagi sekelas akademisi yang punya tingkat pendidikan sangat tinggi yaitu doktor atau s3, tentu punya preferensi yang sangat baik dalam melihat dan menilai sesuatu.
Karena itu mungkin kita bisa menghimbau masyakarat untuk lebih paham sesuatu fenomena dan mungkin mengamplifikasikannya. Karena masyarakat sering menangkap fenomena secara kliru dan kemudian menyebarkannya melalui media sosial dengan keliru juga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H