Masihkah kita ingat hasil penelitian Badan Intelejen Negara (BIN) tahun 2018 lalu yang menemukan bahwa sebagian dari masjid di kementrian, lembaga dan BUMN belum bebas dari paparan radikalisme. Dengan singkat kata bahwa ada masjid-masjid yang notabene ada di lingkaran pemerintah itu ada yang secara konsisten mengajarkan hal-hal terindikasi radikal.
Dari ratusan masjid yang ada di lingkup pemerintah itu ada 41 masjid yang terpapar radikalisme , dan dari jumlah itu ada 17 yang kondisinya parah.
Indikasi radikal parah itu menurut BIN termaktub dalam dakwah-dakwah yang disampaikan oleh khatib. Mereka sering menyampaian ajakan untuk membela Islam dengan berperang ke Suriah atau Marawi, Filipina Selatan. BIN juga menilai bahwa mereka sangat sering memelintir ayat-ayat dalam al-Quran.
Ceramah-ceramah itu terus menerus disampaikan oleh para khatib di masjid tertentu sehingga akhirnya menyerupai agitasi massa ; suatu bentuk pidato yang berisi hasutan atau ajakan ke arah yang salah.
Tak heran jika kita pernah membaca bahwa seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berpangkat direktur di Batam membawa serta keluarganya ke Suriah.
Begitu juga puluhan kepala keluarga di berbagai daerah juga melakukan hal yang sama dengans atu keyakinan bahwa ISIS dapat merujudkan impian mereka untuk dapat menikmati kehidupan negara Islam seperti pada zaman Rasulullah; dimana keaddilan dijunjung tinggi, kesejahteraan terwujud dan lingkungan Islam yang saling mendukung.
Ternyata impian mereka musnah saat ISIS harus kehilangan wilayah terakhirnya . Dengan keyataan itu, harapan pendukung ISIS yang beradal dari berbagai negara termasuk Indonesia terluinta-lunta di sana.
Dari media juga kita bisa membaca bahwa mereka kecewa terhadap ISIS yang mengumbar banyak janji sampai akhirnya mereka harus kehilangan kewarganegaraan dan menjadi buangan di negara asing.
Keyakinan berjuang atau berperang atas agama inilah yang sering disampaikan di berbagai kesempatan oleh para dai atau khatib yang kurang bertanggungjawab. Tentu saja agitasi atau hasutan seperti hasutan untuk ke Suriah itu tidak hanya terjadi di masjid tapi juga di pengajian-pengajian, media sosial dan lain sebagainya.
Pemetaan masjid akan membantu pendeteksian dini terhadap radikalisme itu. Itu salah satu upaya membuat kita melangkah lebih ringan.