Lihat ke Halaman Asli

Debat Bagaikan Tinju di Ring?

Diperbarui: 24 Januari 2019   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cnnindonesia

Jika sesekali kita melihat rekaman debat Presiden di Amerika Serikat yang berlangsung seru, kita akan berpendapat bahwa debat seperti itulah yang diingini banyak orang. Saling menyerang program unggulan sang lawan dan mempertahankan program kita. 

Ibarat orang bertarung di olehraga tinju, boleh saling serang dengan jab dan uppercut.  Sang lawan akan mengejar kita dengan mengarahkan segala taktiknya dan berusaha merobohkan kita. Sebaliknya juga berlaku. Kita akan menggempur lawan habis-habisan dan tidak menyisakan perjuangan bagi nafasnya. Kemenangan bagi kita, harus diupayakan dengan segala cara.

Mungkin beberapa dari kita ingat soal Pipres Amerika 2012 dimana presiden Amerika Serikat (AS) petahana Barack Obama dari Partai Demokrat harus berhadapan dengan penantang dari Partai Republik, Mitt Romney. Pada saat keduanya berdebat yang disiarkan langsung oleh televisi, Barack Obama hampir kehabisan kesempatan untuk memperoleh simpati masyarakat ketika Romney  'menembak' Obama soal kematian duta besar AS di Libya.

Insiden itu memang cukup menggoncang AS dan dunia karena konsulat AS di Libya diserang  dan dibakar oleh para demonstran Libya. Penyebabnya  karena sebuah fim amatir AS dianggap menghina Nabi Muhammad.

Saat itu Duta besar AS yang baru empat bulan menempati posnya dan tiga orang staf kedutaan tewas. Romney menuding pemerintah dan Presiden abai terhadap insiden sehingga beberapa orang penting AS di Libya itu tewas mengenaskan.

Saat itu, Obama yang percaya diri mendesak moderator Candy Crowley untuk mendapatkan transkrip kejadian (mungkin dia lupa detailnya- karena baru saja terjadi). Moderator mempersilakan Obama mengambil transkrip.

Akhirnya menyela dan mengonfirmasi bahwa insiden itu adalah 'aksi teror.' Dan muncul serangan bahwa moderator lebih berpihak ke Obama karena memberikan semacam kemudahan informasi dalam debat dengan mengambil transkrip.

Kejadian itu seakan menelanjangi Obama sebagai Presiden Petahana  karena tuduhan abai dan terbukti dalam debat, dia lupa -- dan mungkin belum mengetahui kejadian yang baru terjadi di Libya itu. Itu seolah seperti jab dan uppercut yang disodorkan Romney ke Obama. Tapi bagaimanapun akhirnya Obama menang dalam kontestasi Pilpres itu

Dalam benak kita, hal itu adalah tontonan yang layak diapresiasi. Dalam benak public, itu sebuah tontonan ideal yang dapat menguras  adrenalin kita. Jika lawan keok, kita akan merasa menang dan senang. Sebaliknya jika calon kita keok karena mendapat jab dan uppercut lawan, kita merasa sedih.

Debat yang memicu adrenalin, itulah yang diingini masyarakat. Saling serang dan saling menjatuhkan . Mirip analogi tinju di ring itu. Sama halnya dengan jagat informasi yang kita hadapi saat ini. Penuh dengan ujaran kebencian dan caci maki. Malah jauh dari rasa kesantunan yang harusnya dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Mungkin kita perlu berfikir ulang dengan konsep debat Pilpres seperti itu di konteks Negara kita. Tak perlu menelanjangi dengan memberikan Jab dan uppercut kepada lawan, dengan harapan lawan bisa jatuh. Terpenting adalah pemimpin kita itu bisa secara maksimal bekerja untuk rakyat Indonesia. Semoga

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline