Lihat ke Halaman Asli

Mengobarkan Semangat Jurnalisme Damai di Media Sosial

Diperbarui: 9 Februari 2018   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesan Damai - kompasiana.com

Saling menghujat dan saling menjelekkan antar sesama sudah menjadi hal yang lumrah di media sosial. Ketika seseorang tidak suka dengan status yang ditulis, bisa seketika memberikan komentar, yang berujung pada obrolan warung kopi. Obrolan yang terus meluas inilah yang kemudian berpotensi melahirkan kebencian-kebencian baru. Ketika sudah demikian, tidak sedikit pula ada pihak-pihak yang sengaja memberikan provokasi, yang membuat obrolan warung kopi itu menjadi sebuah kebenaran. Ironisnya, tidak sedikit pula dari masyarakat yang tidak melakukan cek ricek terhadap kebenaran informasi tersebut. Akibatnya, jika yang diterima informasi negative, bisa berpotensi melahirkan konflik-konflik baru di tengah masyarakat.

Pada titik inilah, kita perlu sebuah penyejuk di tengah masyarakat. Kita butuh informasi yang bisa dipercaya, informative, tapi sekaligus juga bisa memberikan kesejukan di tengah masyarakat. Ketika semua orang memberitakan kejelekan orang lain, kita harus bisa menjelaskan pentingnya interaksi antar sesame. Karena Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda, maka setiap manusia membutuhkan interaksi. Dan dalam interaksi itulah terkadang bisa menyejukkan, tapi bisa juga saling menjelekkan. Sekarang, tinggal kita mau memilih yang mana. Semuanya mempunyai konsekwensi yang berbeda.

Di tahun politik, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Orang yang terlihat pendiam, bisa langsung menjadi arogan dalam waktu singkat. Orang yang murah senyum, bisa langsung berubah menjadi pemarah. Semuanya itu bisa terjadi jika aksi saling provokasi terus terjadi. Meski media mainstream terus mencoba untuk menangkal pemerintaan hoax, informasi menyesatkan ini ternyata terus menyebar melalui media sosial. Dan irosnisnya, informasi hoax semacam ini seakan mempunyai pasar tersendiri. Terbukti, pada pilkada DKI yang lalu, muncul organisasi Saracen, yang sengaja di sewa untuk menyebarkan informasi menyesatkan.

Untuk itulah, perlu peran serta semua pihak. Tidak hanya pers yang benar, pola pikir masyarakatnya juga harus dibenarkan. Jangan lagi ada upaya untuk memperkeruh ketenagan tahun politik ini. Pasangan calon dan tim suksesnya, harus didorong untuk terus mengeluarkan ide dan gagasannya yang membangun. Jangan biarkan mereka mengeluarkan ide yang bisa merusak persatuan dan kesatuan, hanya demi kursi kekuasaan. Menjadi tugas kita semua, untuk terus mengingatkan akan hal itu. Bagaimana caranya? Dengan jurnalisme damai. Dengan semangat damai, segala hal yang kita ungkapkan di media sosial harus mempunyai manfaat bagi semua pihak.

Sudahkah kita menuliskan status yang memberi manfaat bagi banyak orang? Ya, generasi milenial saat ini cenderung lebih suka update status. Terkadang, banyak diantara kita lupa, status yang kita tulis ini bisa berdampak positif, negative, atau tidak mempunyai dampak. Misalnya, kita merespon tentang pernyataan salah satu paslon yang dibumbui kebencian atau hal yang sifatnya subyektif. Hal ini tentu bisa memicu ketidaksukaan pendukung paslon yang lain. Nah, jika sudah menjadi viral atau perdebatan di publik, terkadang ada saja pihak-pihak yang memperkeruh suasana. Jika semangat kita terus mengobarkan jurnalisme damai, hal-hal semacam diatas diharapkan tidak terjadi di tengah masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline