Menjadi hal yang tidak bias dibantah dan ditawar lagi, bahwa Indonesia mempunyai banyak suku, budaya dan bahasa. Tidak bias dibantah pula, kalau Indonesia merupakan Negara kesatuan, yang terdiri dari beribu pulau. Satu nusa satu bangsa. Karena mempunyai kesamaan tekad, agar bias lepas dari penjajahan ketika itu, berbagai suku itu bersatu tanpa melihat adanya perbedaan. Ketika mereka sudah merdeka, mereka pun sepakat untuk membentuk sebuah bangsa. Mereka sepakat membentuk dasar negara. Perbedaan itu justru menjadi sumber kekuatan, bukan menjadi sumber perpecahan. Sampai akhirnya terbentuklah Indonesia, dengan bhineka tunggal ika, berbeda tetap tetap satu.
Seiring berjalannya waktu, kebhinekaan itu memang tetap ada dan terjaga hingga saat ini. Namun, ada beberapa kelompok yang ingin merusak kebhinekaan itu, dengan munculnya konsep khilafah. Konsep yang diusung dari Negara lain itu, didasarkan pada syariat Islam dalam menjalankan roda pemerintahan. Ditunjukkan seorang khalifah, yang dipercaya bias menjalankan Negara khilafah. Jika masih bingung, ISIS mengklaim sebagai kelompok yang menjalankan konsep khilafah. Silahkan dilihat, apa yang terjadi di Suriah saat ini. Tidak peduli kesalahannya, tidak peduli anak-anak, muda atau dewasa, jika terbukti melanggar atau menghina kekhilafahan, hukumnya adalah dibunuh di depan publik.
Kalau ini yang dilakukan oleh kelompok yang mengusung konsep khilafah, tentu tidak tepat jika diterapkan di Indonesia, yang mengusung semangat kebhinekaan. Perbedaan justru merupakan kekayaan bangsa, yang perlu dilestarikan. Bukan dianggap sebagai penghalang, untuk disatukan. Apa yang terjadi, jika seorang Jawa dipaksa untuk menjadi Batak, atau sebaliknya. Bukahkah lebih indah jika seorang Jawa tetap menjalankan adat istiadatnya, menjalankan keyakinannya, sedangkan yang Batak juga seperti demikian. Karena itulah toleransi antar umat beragama diperlukan. Agar kita bias saling memahami dan mengerti.
Islam sendiri mengajarkan, bahwa Allah menciptakan manusia di bumi ini terdiri dari berbagai suku dan bangsa. Karena itulah Islam mengajarkan untuk saling mengenal antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Itulah pentinginya silaturahmi. Bukankah manusia itu masuk kategori makhluk sosial yang selalu membutuhkan pertolongan orang lain? Jadi, kenapa kita tidak saling mengenal dengan saudara kita yang berbeda dengan kita? Dengan mengenal, akan mempererat tali silaturahmi. Begitu juga dengan mengenal Allah, akan terus mengingatkan kita akan keagungan-Nya. Habluminallah dan habluminannas harus berjalan seiring.
Mari kita renungkan tentang indahnya arti kebhinekaan itu. Kelompok orchestra, tidak akan enak didengar jika alat musiknya hanya satu macam saja. Begitu juga jika pelangi yang muncul hanya satu warga saja. Atau taman bunga yang hanya terdiri dari satu jenis saja. Warna-warni alunan melodi, pelangi dan taman bunga, tentu akan membuat segalanya menjadi indah. Hal yang sama jika keindahan itu kita bawa pada kehidupan sehari-hari. Semua orang dari warna kulit hitam hingga putih, dari berbagai agama, budaya dan bahasa bias berbaur dalam kebhinekaan, tentu akan membuat segalanya menjadi indah. Itulah harmoni dalam kebhinekaan. Semoga tulisan ini bias menjadi renungan bersama, tentang perlunya menjaga harmoni dalam kebhinekaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H