Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Berbagi Peran dalam Keluarga

Diperbarui: 2 November 2020   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbagi peran dalam rumah tangga adalah hal penting dalam menjamin kestabilan jiwa dan rasa dalam menjalani kehidupan. Tatkala ketika pulang kerja, sang ibu harus segera bertukar peran menjadi ibu, yang berperan penting dalam kehidupan anak dan keluarga. 

Menyiapkan makanan, memandikan anak, mengajari anak belajar serta harus melayani suami, juga tak pelak ibu lakukan walaupun begitu berat lelahnya. 

Ketika sang ayah pulang kerja, ayah melihat anak-anaknya yang lucu sudah bersih dan siap bermain, tapi terkadang ada juga yang merengek, meminta sang ayah menggendongnya. 

Tak pelak dikarenakan lelah, sang ayah hanya diam sembari mencium anaknya, kemudian ke kamar tidur untuk segera melepas lelah. Sang ibu merasa tentu merasa kesal karena ayah yang tidak mau berbagi peran dalam mengurus rumah tangga, percekcokan tak dapat terelakkan. 

Korban yang paling menyedihkan adalah anak, mereka tak terurus akibat percekcokan rumah tangga, padahal ayah dan ibu adalah sekolah pertama anak. Setiap kelakuan orang tua, tentu akan ditiru anak-anaknya dan kemudian akan dipraktekkan nantinya di luar rumah. 

Apa jadinya jika Ayah dan ibu tidak bekerja sama serta berbagi peran mengurus rumah tangga. Ibarat menanam padi di sawah, akan lebih ringan jika ketik membajak serta menabur benih bersama kemudian merawat bersama serta memanennya bersama. 

Anak-anak adalah amanah

Banyak film-film yang diangkat dari kisah nyata, yang menggambarkan kekerasan yang dilakukan anak dibawah umur kepada teman-teman sebayanya atau disekitarnya. 

Sadar atau tidak kekerasan yang digambarkan dalam film tersebut muncul dikarenakan sang ayah yang suka menyiksa anak tersebut. Sang ibu tak mampu membela anaknya karena lemah, begitu juga sang anak terlalu lemah membela diri, maka terjadilah kekerasan. Anak yang selalu disiksa oleh ayahnya mengakibatkan anak tersebut terganggu kejiwaannya, bisa menjadi psikopat atau sejenisnya. 

Menyiksa bagi mereka adalah kebahagiaan, akibat terlalu sering disiksa oleh ayahnya. Ini adalah kisah nyata yang diangkat dalam sebuah film, ini ada disekitar kita tanpa kita sadari. 

Bahaya memang sangat bahaya, terutama bagi generasi penerus bangsa, guru tak lagi dihargai, karena guru saja yang menegur dilawan bahkan tak jarang dipukul oleh siswa tersebut. Ini adalah potret salah asuhan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline