"Melalui kegiatan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan, pariwisata menjadi sektor andalan dalam perolehan devisa, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat," pungkas Sandi. (Kutipan kalimat dari menteri pariwisata Sandiaga Uno dari situs https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/kian-melesat-di-2023-pariwisata-indonesia-bersiap-menuju-level-prapandemi).
PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA
Setahun belakangan ini kota Jakarta bagi wisatawan terutama asing sejak dari mengijakkan kaki di bandara internasional Sukarno Hatta hingga wisata keliling kota Jakarta, dinilai sangat tidak ramah wisatawan terutama grup besar.
Wisatawan yang mendarat di terminal kedatangan internasional terminal 3 harus jalan kaki jauh ke parkiran kedatangan domestik terminal 3.
Sampai di parkiran untuk naik ke bis harus dengan super hati-hati supaya tidak tertabrak kendaraan yang melaju kencang ke pintu keluar parkiran. Saat turun hujan pun wisatawan, pemandu wisata, supir hingga kenek harus pasrah basah kuyup karena tidak ada atap menutupi bis dari hujan dan terik matahari.
Wisatawan yang datang ke kota ini banyak yang memakai tongkat, kursi roda, dan berusia lanjut. Perjuangan untuk naik bis sungguh melelahkan hati dan fisik.
Sebelum pandemi bis wisata bisa berhenti dan menaikkan penumpang dengan nyaman di depan terminal kedatangan internasional dan domestik, tetapi sejak jamaah haji dan umroh digabung ke terminal 3, hanya bis yang mendapat ijin pengelola bandara dan rombongan jamaah yang bisa berhenti depan terminal.
Lalu, wisatawan sesampai di tempat wisata disungguhi pemandangan pertengkaran antara pemandu wisata dan tukang pungutan liar saat bis menurunnaikkan penumpang hingga parkir di tempat objek wisata.
Akhir-akhir ini banyak tercipta lapangan kerja baru di jalanan tempat wisata andalan Jakarta seperti monumen nasional dan mesjid istiqal.
Dua bangunan itu dibangun oleh presiden Sukarno sebagai bagian perayaan peringatan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan bangsa asing.