Lihat ke Halaman Asli

MK

Cahaya Bintang

Pintu Depan 24

Diperbarui: 26 April 2022   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tempat dudukku berada di samping jendela. Sejak pesawat lepas landas, mataku terus menatap keluar jendela. Tanganku mengenggam tabung teh pemberian pak Xie.

Pesawat perlahan terbang semakin tinggi sehingga menyulitkan mataku untuk melihat gedung, rumah dan kehijauan di bawah sana. Awan putih tipis dan tebal lalu lalang di langit biru.

"Di bawah sana ada banyak kenangan indah yang pasti selalu membuatku tersenyum dan tertawa bahagia setiap kali mengingatnya hingga akhir hayat seperti pak Xie," kataku membatin dalam hati.

Ingatanku melayang ke waktu aku harus berpisah dengan Cahaya. Saat itu di pelabuhan, orang tua Cahaya juga ikut mengantar. Aku iri melihat om dan tante Heri serta kakek dan nenek Karang Teguh. Aku iri karena mereka adalah anggota keluarga Cahaya yang bisa kapan saja bertemu dan menemui Cahaya. Sedangkan, aku yang hanya sahabat tidak bisa sebebas mereka yang anggota keluarga untuk bertemu Cahaya. 

Setelah mengingat itu, ingatanku pindah melayang ke waktu Bulan menangis menjerit saat tahu aku harus pindah ke Depok untuk kuliah. Bulan yang sejak lahir tidur satu kasur dan bermain denganku, marah besar tidak terima harus berpisah denganku. 

Eyang, ayah dan ibu setelah memberi pengertian selama semalaman akhirnya berhasil menenangkan hati dia. Kata Eyang ke dia,"Mbakmu itu akan selamanya milikmu. Perpisahan ini hanya sebentar dan tidak terasa. Kalian sebagai keluarga bisa bertemu dan main kembali kapan saja."

Bulan bisa menerima nasehat eyang dan mengikhlasku pergi. Kata ibu, Bulan yang tidak biasa tidur sendiri pindah tidur bersama Eyang hingga sekarang.

"Mulai besok dia akan kembali tidur satu kasur denganku," aku membatin kembali dengan tersenyum.

Pesawat yang kunaiki kembali harus transit Singapura. Kali ini aku harus menunggu 7 jam untuk ganti pesawat dan tetap tidak diperbolehkan meninggalkan bandara Changi. Aku dijadwalkan tiba bandara Soekarno Hatta sekitar jam 04:00. 

Seorang diri bengong di bandara Changi sungguh tidak menyenangkan. Saat pertama mendarat di sini karena baru pertama kali dan takut ketinggalan pesawat maka, aku begitu turun langsung cari ruang tunggu dan diam di sana hingga pesawat tiba. Tetapi, sekarang aku punya percaya diri jalan santai keliling melihat keindahan tiap sudut bandara ini.

Aku pergi ke konter penukaran valuta asing untuk menukar uang renminbi ke dolar Singapura karena ingin membeli coklat yang berbentuk keong yang dikemas cantik untuk oleh-oleh di rumah. Waktu menunggu kuhabiskan dengan window shopping di berbagai toko bebas pabean dalam bandara ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline