Bahasa yang kita gunakan sehari-hari banyak yang merupakan serapan dari bahasa asing terutama, Jepang.
Meski secara geografis berjauhan tapi selama ratusan tahun telah terjadi "interaksi" antara Jepang dan Indonesia. Tanpa interaksi tidak mungkin ada bahasa dan budaya yang sama.
Tak perlu dikatakan lagi, Jepang dan Indonesia adalah negara maritim dan sejak lama terjadi interaksi satu sama lain ketika berlayar ke laut lepas menggunakan kapal. Apalagi nenek moyang kita terkenal sebagai "Seorang Pelaut".
Saat itu tidak perlu dijelaskan lagi pasti ada arus pasang dan surut. Saat arus pasang surut ini secara tidak sengaja dan sengaja terjadi interaksi.
Ada banyak contoh kejadian interaksi bahasa dan budaya di dalam kedua negara. Menurut saya mungkin pada permulaan terjadi karena saat nelayan sedang pergi menangkap ikan ada badai datang lalu menghanyutkan mereka ke dalam gelombang arus kuroshio hingga terdampar ke pulau-pulau di Filipina dan Indonesia.
Sejak sebelum zaman Edo ada "bajak laut" yaitu; angkatan laut Kurushima dan angkatan laut Kuki yang dulu aktif mengasah keterampilan manuver kapal, kekuatan bela diri, kekuatan perang, serta taktik perang.
Mereka terbiasa menjarah di perairan Asia Tenggara. Selain itu mereka tidak peduli dengan kebijakan pintu tertutup zaman Edo hingga ditakuti sebagai "bajak laut Jepang".
Pada awal periode zaman Edo (awal abad ke-17) ada bajak laut bernama Nagamasa Yamada pergi berlayar ke Siam dan menjadi kepala suku kampung Jepang yang ada di ibu kota Ayutthaya. Yamada berhasil mengatasi perang saudara di Siam hingga mendapat kepercayaan dari raja dan dijadikan pejabat negara.
Nanti akan saya jelaskan bahwa bajak laut ini suka datang ke Indonesia.
I. BAHASA INDONESIA DI BAHASA JEPANG
1. NAGASAKI CHANPON