Lihat ke Halaman Asli

Rekonstruksionisme dan Tokoh-tokoh Pemikirnya

Diperbarui: 29 Mei 2020   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamualaikum kawan 

Minal Aidzin Wal Faidzin yah :D

Baik minggu lalu kita telah membahas Parennialisme yang bersikukuh mengimplementasikan dalam hidupnya dengan mengikuti konsepsi dasar filsuf terdahulu. Kali ini pembahasan tidak bersifat flashback kok tenang ajee:D Yups kita akan membahas mengenai sesuatu yang bersifat kekinian mengikuti arus zaman lebih tepatnya lagi "Aliran Rekonstrusionisme".

Aliran Rekonstruksionisme ini merupakan aliran yang hadir untuk merubah kembali tatanan dan konsepsi pikiran manusia kembali ke yang sedang kita rasakan sekarang yups kembali ke sesuatu yang modern. 

Dilihat dari kata Rekonstruksi itu sendiri bisa kita simpulkan bahwa aliran ini membangun kembali kebudayaan yang bercorak baru atau modern dengan berusaha mencari kesepakatan bersama agar dapat mengatur tatanan kehidupan dilingkungan masyarakat. Aliran ini berupaya untuk membina konsepsi yang telah tertanam sejak dahulu secara universal guna mencapai tujuan tertinggi dengan kesepakatan bersama. 

lalu bagaimanakah implementasinya pada pendidikan?

Aliran Rekonstruksionisme ini mengutamakan pendidikan sebagai agen utama dalam rekonstruksi sosial. Dimana tatanan sosial pada waktu itu terbilang tak teratur, oleh karena itu aliran ini hadir. Dalam implementasi rancah pendidikan, rekonstruksionisme memiliki ciri ciri utama yang bisa kita contoh sebagai calon pendidik diantaranya :

1. Metode yang digunakan adalah Student Centre Approach dimana pusat pembelajaran itu adalah murid itu sendiri. Disini guru sangat memperhatikan perkembangan anak mulai dari psikis, motorik dan bagaimana cara guru dapat memberikan stimulus pembelajaran itu terhadap anak.

2. Guru adalah fasilitator. Dalam pembelajaran guru hanya memberikan fasilitas berupa dorongan motivasi, pembelajaran inti dan pendekatan secara kognitif. Selain itu seperti pembelajaran yang lebih universal lagi siswa dapat mencari nya dengan membaca buku, praktek, penelitian dsb.

3. Materi pembelajarannya tentu bersifat konstruktif mengarah kepada fenomena kehidupan yang nyata dan masalah sosial yang sering kita hadapi. Hal ini guna siswa dapat menemukan dan menyelesaikan masalah itu sendiri ketika dia menghadapinya.

4. Agar dapat merangsang pemikiran anak menjadi kritis, guru dapat menggunakan cara berupa PPM ( Problem Posing Method) dimana siswa dianjurkan untuk mengangkat sebuah persoalan atau masalah yang sedang terjadi (diciptakan oleh Brasil Paulo Freire).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline