Lihat ke Halaman Asli

Cerpen Fandrik Ahmad Dimuat Ganda di Nova dan Kompas

Diperbarui: 27 Juli 2015   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah baca cerpen 'Lelaki Ketujuh' yang dimuat KOMPAS hari ini, Minggu, 26 Juli 2015? Cerpen 'Lelaki Ketujuh' karya Fandrik Ahmad  tersebut ternyata sudah pernah dimuat di tabloid NOVA edisi Lebaran, 6 Juli 2015. Untuk yang sudah  membaca cerpen tersebut mungkin  berpikir mengapa satu cerpen yang sama bisa dimuat di media berbeda? Apakah sebuah cerpen  boleh dimuat di media berbeda? Pada saat ini memang belum ada regulasi/ aturan yang mensyaratkan jika sebuah karya sastra(cerpen)tidak boleh dimuat di media secara ulang. Padahal hampir setiap media mencantumkan tata cara pengiriman naskah, salah satunya dalah  naskah cerpen belum pernah dimuat atau dipublikasikan.

Tentu banyak faktor mengapa sebuah cerpen bisa dimuat ganda. Faktor ketidaktahuan redaktur jika cerpen tersebut pernah/sudah dimuat media lain. Faktor penulis yang tidak sabar menunggu tulisan  dimuat. Jujur profesi penulis seolah  harus   berperan sebagai canayang. Menebak, mengirim, menunggu. Ya, kesabaran, ketabahan, adalah modal utama seorang penulis, selain etika.

Mencermati kasus 'Lelaki Ketujuh' yang dimuat ganda, ini bukan hal yang pertama untuk  penulisnya. Jauh tempo tahun,  cerpen Fandrik Ahmad berjudul "Shalat" pernah dimuat di Nova, Republika, dan Sumut Pos. Cerpen "Segara' dimuat di Nova, kemudian  tayang lagi di Minggu Pagi(KR grup). Cerpen 'Surat dari Jules  Costrad' dimuat di Horison, pun kemudian dimuat di Padang Ekspres.

Pada tahun 2014, cerpen Fandrik Ahmad, "Solilukui Kemboja" juga menghebohkan. Cerpen 'Solilukui Kemboja' dimuat di NOVA dan REPUBLIKA pada saat bersamaan(30 November 2014), seminggu sebelumnya dimuat di KEDAULATAN RAKYAT(23 November 2014). Pada awal tahun 2015, cerpen "Solilukui Kemboja" juga dimuat di TRIBUN JABAR. Memecahkan rekor, satu cerpen dimuat di 4 media!

Cerpen yang bagus, menarik, mumpuni adalah cerpen yang memesona redaktur media(koran, majalah, tabloid) untuk memuatnya. Tentu lebih dibutuhkan  etika yang  memesona! Bagai[caption caption="Lelaki Ketujuh cerpen Fandrik Ahmad di Kompas"][/caption]mana menurut Anda, wahai pembaca?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline