Lihat ke Halaman Asli

Kartika Tjandradipura

Co-Founder Writing for Healing Community

Game Online Antara Hiburan, Pembelajaran, dan Perangkap Generasi Digital

Diperbarui: 2 Desember 2024   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bermain game online (sumber: Disway natural network)

Dalam beberapa dekade terakhir, game online telah menjadi fenomena global yang merambah semua lapisan masyarakat. Dari anak-anak hingga dewasa, hampir semua orang pernah bermain atau setidaknya mengenal istilah ini. 

Namun, game online tidak hanya soal hiburan; ia membawa dampak yang jauh lebih kompleks---baik positif maupun negatif. Di balik grafik memukau dan sistem permainan yang memikat, game online menyimpan dua sisi mata uang yang layak kita renungkan.

Untuk memahami dampaknya, mari kita mulai dengan fakta. Menurut laporan We Are Social 2024, lebih dari 2,7 miliar orang di dunia bermain video game, dan hampir separuhnya bermain secara online. 

Di Indonesia, angka ini terus meningkat, terutama di kalangan remaja. Game populer seperti Mobile Legends, PUBG, dan Genshin Impact menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bahkan melahirkan profesi baru seperti e-sports player dan streamer. Tetapi, apakah ini hanya tentang hiburan dan peluang ekonomi?

Sebagai salah satu efek positif, game online memiliki kemampuan untuk meningkatkan keterampilan kognitif dan sosial. Studi dari American Psychological Association (APA) menemukan bahwa bermain game dapat meningkatkan koordinasi mata-tangan, keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir strategis. 

Game seperti Among Us, misalnya, mengajarkan kerja sama tim, membaca emosi orang lain, dan menyusun strategi. Bagi anak-anak dan remaja, ini bisa menjadi sarana pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan, terutama dalam era digital seperti sekarang.

Namun, tidak semua pelajaran yang diberikan game online bersifat positif. Ada sisi gelap yang tidak bisa diabaikan. 

Contoh nyata terjadi pada seorang remaja di Makassar yang kecanduan game online hingga mengabaikan pendidikan dan kesehatannya. Ia menghabiskan lebih dari 12 jam sehari di depan layar, lupa makan, dan bahkan tidak tidur.

Kasus ini menjadi cerminan dari bahaya adiksi game online, yang sering kali disertai dampak psikologis seperti depresi, kecemasan, dan isolasi sosial.

Mengapa ini terjadi? Salah satu penyebab utamanya adalah desain game yang secara sengaja dirancang untuk membuat pemain terus terikat. Sistem reward dalam game, seperti level up, hadiah harian, atau item langka, memicu pelepasan dopamin di otak, menciptakan rasa puas yang sementara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline