Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | #1 Manusia Tampan Berbaju Koko

Diperbarui: 7 Juni 2017   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source: alistapart.com

The first time I saw you, my heart whispered "that's the one"

-anonymous

Aku Lika. Gadis 23 tahun asal Solo yang sedang bekerja di Jakarta. Lulus kuliah satu tahun yang lalu dengan gelar diploma jurusan Ekonomi tapi baru bekerja beberapa bulan yang lalu dikarenakan suatu hal. Bekerja sebagai sekretaris dengan status tenaga kontrak di salah satu perusahaan negeri. Aku tinggal di kos yang tidak jauh dari kantor tempatku bekerja. Sebagai gadis Jawa yang baru pertama kali merantau, aku sempat was- was karena harus tinggal sendirian di kota orang. Belum lagi, sempat kaget dengan biaya kos yang sangat mahal. Alhasil, aku berikhtiar bahwa seandainaya ada pekerjaan yang lebih baik lagi, aku akan resign.

Ramadhan tahun ini tepat 3 bulan aku bekerja disini. Ramadhan yang tidak pernah kulupa karena pertama kalinya jauh dari orang tua dan karena satu hal lagi. Karena manusia tampan itu. Iya, lelaki yang kutemui pada hari ke-3 Ramadhan ba'da shalat tarawih. Saat itu aku sedang menunggu lift untuk menuju ke lantai kamarku (benar, kosku memiliki lift) dan dia datang sedikit tergesa dari arah luar, memakai baju koko lengan panjang warna putih tulang serta sarung dark maroon dengan garis- garis berwarna merah dan tak lupa sandal jepit Swallow warna hijau, sambil membawa bungkusan kecil ditangannya. MasyaAllah, jaman sekarang anak muda memakai baju koko saat tarawih itu jarang sekali. Ditambah lagi, dia tinggi tegap, wajahnya tampan serta kulitnya yang putih bersih menambah nilai plus laki- laki berkacamata itu. Wanita normal mana yang tidak tertarik? Bahkan aku sempat memperhatikannya cukup lama, mulai bertanya- tanya siapa namanya, apakah dia lebih tua dariku, hingga sudahkah dia memiliki kekasih atau bahkan istri. Entahlah, mungkin pahalaku saat shalat tarawih tadi sebagian gugur karena khilafnya mata dan pikiranku ini. Wallahu a'alam bish-shawabi.

Selang beberapa saat, kami naik lift dengan penghuni kos lainnya. Dan dari situ, aku tahu bahwa dia tinggal satu lantai diatasku. Aku berfikir, mungkin Ramadhanku kali ini akan berkesan. Ya, karena manusia tampan berbaju koko itu.

To be continued




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline