Setiap jelang lebaran saya seringkali mendapat pertanyaan "Kapan mudik?, Mudik kemana?".
Jelas itu ditanyakan oleh orang-orang yang belum dekat dengan saya. Karena saya lahir, bersekolah, besar dan berkiprah di seputaran Kenten, Palembang.
Sampai saat ini saya masih tinggal di rumah orang tua saya, dan mertua masih di satu kelurahan. Eh... itu saat menikah,ding. Karena pemekaran wilayah sekarang beda kelurahan. He..he...
Gak akan ada keributan mau berlebaran di rumah orang tua atau mertua buat kami. Karena memang gak berjauhan rumahnya.
Karena Ibuku anak tertua di keluarganya. Saya dan suami jadi "jago kandang", tempat berkumpulnya keluarga besar. Termasuk yang merantau.
Kalau lebaran, dipastikan rumah rame. Bahkan saya untuk pergi silaturahim ke rumah tetangga atau kolega ya di hari ke-tiga dan seterusnya atau ikut acara halal bil halal yang biasanya jadi ajang reuni teman-teman sekolah atau kolega yang sudah hendak pulang lagi ke tempat asal.
Undangan open house, mohon maaf akan saya lewati.
Kapan lagi kan orang miskin bisa sombong, dapat undangan openhouse malah ogah hadir karena membabu di rumah sendiri dari lebaran pertama sampai ketiga. He..he...
Fenomena Mudik Gratis
Selama tiga tahun mudik dibatasi. WAG saya sudah penuh antusiasme teman-teman yang sudah seru mengabarkan pulang ke Palembang. Saya memang tidak tahu bagaimana rasanya menahan rindu lebih dari 1000 hari dengan kampung halaman dan keluarga di tanah kelahiran.