Bikcik Keki adalah seorang pengusaha palugada (apa aja lu mau gua ada). Sebenarnya Bikcik cuma modal cuap-cuap atau ngecap (promosi bahwa produk atau layanannya yang terbaik) saja. Wong Plembang menyebutnya tukang ulo.
Bukan, Bikcik keki sama sekali tidak menjual ular. Kalau menggunakan istilah tengkulak sepertinya terlalu kasar karena peyorasi dari kata tengkulak.
Sebut saja ia makelar, apa saja dapat yang dapat dimakelarinnya ia jajakan.
Dari Tanah, rumah, kendaraan bermotor bahkan kue-kue jajan pasarpun dapat dimakelarin oleh Bikcik Keki. Bahkan bisnis makelar Bikcik keki sampai ke platform online, orang-orang menyebutnya dropshipper.
Btw, kalau ada yang sering lihat Bikcik keki sering nongkrong di Pengadilan Negeri Palembang. Jangan salah sangka, dia bukan makelar kasus.
Biasanya sih dia cari lokak (peluang usaha) berupa barang yang akan disita dan dilelang gitu loh atau orang-orang yang sangat butuh dana karena keluarganya jadi pesakitan adalah target Bikcik untuk dimakelarin. Kayaknya level Bikcik Keki gak sampe jadi markus alias makelar kasus apalagi berani-beraninya money laundering.
Menjelang lebaran bikcik paling sibuk sebagai tukang ulo berbagai jenis kue lebaran. Dari kue kering sampai juada basah yang lapisannya ratusan. Dari resep bari (kuno), premium sampai ekonomis dia ada. Kemplang dari getas, goreng sampe oven dia sedia.
Kemplang iwak sungi tunu dari Hollywood a.k.a Kayu Agung, oh siap.
Apalagi sekadar dodol duren dari Tebing Grinting. Mau berapa kilo?.
Ayam kampung buat opor, bebek serati buat gulai pedas, daging sapi buat malbi, kambing buat kari bahkan sampai ketupat pun dia sedia. Apalagi Udang laut dari Sungsang. Mau berapa ton tinggal pesan.