Masyarakat Sumatera Selatan umumnya memiliki pantangan menyebut nama hewan liar di hutan. Apalagi hewan yang katanya dapat menjadi siluman. Meski ini hanya ceriya fabel semata, sengaja penyebutan menggunakan panggilan selayaknya manusia yang dituakan. Karena ini juga cerita fabel, tentu tokohnya adalah binatang yang dipersonifikasi.
Angin dingin bertiup dari sela-sela pepohonan hutan dataran tinggi Sumatera. Matahari sudah tinggi tetapi panasnya masih malu-malu karena tertutup awan yang mulai bergerak berpadu untuk segera menumpahkan air langit ke bumi.
Cuaca yang mendukung selera makan.
Puyang Harry sudah lama ingin makan duren. Buah eksotis khas asia tenggara yang berkulit tajam beraroma sangat kuat, dengan daging buah yang lembut manis berwarna kekuningan. Puang Harry sangat suka pada durian tembaga yang biasanya tumbuh di pinggir-pinggir sungai.
Ah..apakah kalian heran, Puyang Harry, seekor harimau penguasa hutan bukit barisan yang carnivora itu suka pada durian?. Kalian yang hanya hanya menikmati durian di supermarket atau mobil pinggir jalan tidak pernah tahu jika menunggu durian jatuh di malam hari harus berhati-hati dengan bangsanya Puyang Harry yang penggemar durian juga.
Sudah jauh ia berjalan, tetapi pohon durian semakin sedikit, jikapun ada pohon durian sepanjang hutan di Sungai Lematang baru berputik. Padahal, telah masuk puncak musim hujan. Apakah alam tengah protes di puncak musim penghujan. Karena tanah begitu licin serta begitu banyak tebing-tebing yang longsor. Sungguh aneh jika durian baru berbunga.
"Ah...sudah lama ia tidak bermain ke kawasan pesisir pantai timur mengunjungi koleganya, Yai Gaj. Siapa tahu saja si kawasan hutan di sepanjang sungai Ogan buah durian telah berbuah"gumamnya.
Dengan langkah tegap, membusungkan dada yang membuatnya semakin terlihat angkuh. Ah...penuh percaya diri lebih tepatnya, Puyang Harry berjalan keluar hutan, menuruni Bukit Barisan ke arah pantai Timur.
Ah..sial, apakah usianya telah terlau tua hingga ia salah hitung. Seharusnya belum ada manusia di tempat yang ia lewati saat ini. Puyang Harry sudah memperhitungkan rute perjalanan untuk meminimalisir bertemu dengan manusia. Termasuk waktu perjalanan akan lebih banyak memilih malam hari.
Makhluk yang bernama manusia itu lebay, jangankan bertatap muka dengan Puyang Harry. Jejak kaki bekas ia lewat 2 hari yang lalu saja, sudah membuat mereka heboh. Dan biasanya, mereka akan ramai-ramai mencari tempat istirahat Puyang Harry hanya karena melihat jejak kaki itu. Padahal manusia meninggalkan berbagai sampah plastik di pegunungan tidak pernah membuat keluarga Puyang Harry marah-marah seperti mereka.
Suara alat berat memecahkan konsentrasi Puyang Harry. Ia berusaha berjalan dengan pelan dan mengendap-endap di antara rerumputan agar keberadaannya tidak diketahui manusia.