"Jika rindu ini laksana hujan, segaralah cari teduhan, karena derasnya sudah tak tertahan". Ahay....memang ya kalo ngomongin hujan selalu terasosiasikan dengan rindu. Gak bisa disangkal sih, karena memang setiap tetes air yang terjatuh dari langit kala hujan mengingatkanku pada beningnya matamu dan rasa cinta kamu ke aku. Iya...kamu......
Hujan itu memang membawa suasana romantis tersendiri. Di negeri zamrud katulistiwa ini, hanya diberkahi dua musim, musim kemarau dan musim hujan.
Gak terbayang sih gimana romantisnya musim kemarau yang berdebu, panas. Apalagi di Palembang, yang seringkali dilanda bencana kabut asap saat musim kemarau. Bukannya menitikkan air mata keharuan, yang ada malah menitikkan air mata karena menangis plus sesak nafas.
Awal tahun, terutama di Januari dan Februari biasanya puncak musim hujan dengan curah hujan yang sangat tinggi. Kalo di Palembang, menjelang lebaran cina memang kudu sering hujan biar banyak hoki. Masalahnya, di Palembang saat puncak musim hujan sangat berpotensi terjadinya banjir dimana-mana.
Apalagi di area tempat tinggal saya, hujan deras selama 15 menit saja , genangan air telah mengepung lokasi rumah yang jelas menghambat perjalanan. Jarak rumah dan tempat kerja saya hanya 4 km, tetapi jika hujan sangat deras dan air menggenang, saya dapat menghabiskan waktu lebih dari 90 menit.
Karena memang rute perjalanan dari tempat kerja ke rumah saya memang muter-muter, efek kebijakan pembangunan plus pengaturan arus lalu lintas yang katanya bertujuan mengurangi kemacetan di area kami. Jika banjir, bukan hanya genangan air yang menjadi persoalan, tetapi kemacetan dimana-mana termasuk jalan alternatif termasuk jalan tikus pun penuh dengan kendaraan baik mobil maupun motor yang berjejal ingin segera pulang, yang semakin mengikis kesabaran.
Klakson pun sering dibunyikan, yang sebenarnya tak berguna untuk melancarkan arus lalu lintas. Fungsinya hanya sebagai mem-provoke emosi negatif, baik yang membunyikan atau yang mendengar.
Sebagai emak-emak pengendara motor a.k.a mama biker, menghadapi musim penghujan ini bukan perkara mudah. Apalagi jika kehujanan di tengah jalan, bayang-bayang kenangan bersama mantan menyusup dalam relung yang tengah sendirian membawa motor demi jaga jarak, sebagai protokol pencegahan covid 19.
Di awal tahun 2021 yang disambut hujan 2021 ini tak ada salahnya sih kita mempersiapkan diri menghadapi hujan derasnya hujan yang tak kalah dengan derasnya rindu yang menggebu. Kan Mama biker kudu always strong, apalagi mama biker yang kata kalian biasa aja lampu sein ke kiri tapi belok ke kanan.
Kadangkala mama biker rempong banget kan ya dengan multiperannya yang mantul itu, baik di rumah tangga, tempat kerjanya, sekolah anaknya, kantor suaminya, lingkungan sekitar tempat tinggalnya, komunitasnya, sampai di media sosial termasuk grup WA-nya.
Penting bagi Mama Biker mengoptimalkan sarana yang ada. Salah satu nya memanfaatkan tempat penyimpanan yang paling praktis yaitu bagasi motor, sebagai sarana penyimpanan perlengkapan mama biker untuk menghadapi hujan 2021.