Lihat ke Halaman Asli

Kartika Kariono

Ibu Rumah Tangga

Meski WFH, Tetap Ada Jam Kantor

Diperbarui: 1 Mei 2020   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa pandemi covid 19 ini memberi imbas yang cukup luar biasa dengan kebijakan physical distancingnya.  Kebijakan WFH di beberapa kantor juga membuat suasasa bekerja agak berbeda. Jika selama ini ada kewajiban hadir di kantor, dengan kebijakan ini setidaknya terjadi pengurangan jam kerja atau waktu kerja yang bergantian. Tujuannya memang mengurangi interaksi banyak orang demi pencegahan covid 19.  Tiba-tiba semua orang diminta untuk paham teknologi yang dapat menunjang kerja.  Meski berada di tempat yang berjauhan, tetapi interaksi kerja tetap berjalan. Ruang kerja berpindah ke rumah, merangsek ruang privat, semakin melebarkan ranah publik. Selama ini yang terbiasa membedakan kehidupan kantor dengan luar kantor sedikit tergagap. Situasi rumah dan beban psikologis di rumah itu berbeda dengan dengan suasana di kantor. Terlebih yang memiliki beban ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus perempuan bekerja. Tuntutan untuk memberi bimbingan kepada anak-anak yang tengan sekolah di rumah. Interaksi dengan guru terutama wali kelasnya pun menjadi lebih intens dibandingkan sebelumnya meskipun melalui aplikasi meeting on line, yang kadang tidak semua orang tua menguasainya.  Alhamdulillah, tadinya saya tidak pernah mengenal baik orang tua teman sekelas anakku jadi hafal dengan mereka. 

Kegagapan lain yang banyak dialami para ibu yang WFH  adalah memberi pengertian ke anak-anak, meski di rumah orang tua mereka tetap ada kewajiban melakukan tugas-tugas kantor.  Selama ini,  di benak anak-anak,  jika orang tua  berada di rumah, seluruh waktunya adalah hak mereka. Ayah dan ibu mereka sudah berada di ruang privat mereka, mengapa harus tetap melaksanakan kewajiban-kewajiban yang mengganggu aktifitas keseharian di rumah.  Hal ini dapt menyebabkan WFH  menjadi beban mental yang lebih dibandingkan dengan dengan kerja di kantor dengan jam yang telah teratur. Rumah biasanya menjadi tempat menenangkan diri dari drama kehidupan kantor dengan berbagai intriknya yang kadang lebih ribet dari drama korea.  Eh, dengan kebijakan WFH ini justru malah merembet juga ke rumah. Belum lagi pandangan seolah WFH itu lebih fleksibel, 24 Jam, 7 Hari seminggu bisa on call saat dibutuhkan sesuai mood rekan dan atasan yang membutuhkan. Almanak berwarna merah seolah tidak dilihat lagi. Fisik berada di rumah, pikiran berada di kantor, dengan pandangan tak lepas dari anak yang kadang karena kebosanannya juga mencari perhatian lebih buat kepala makin terasa mau pecah. Belum lagi drama berebut gadget.

Makin Akrab Gara-Gara WFH 

Sampai kemarin, saya memilih untuk tidak WFH. Pertama karena ruangan saya hanya saya sendiri, jam kantor juga sangat singka.  Sebenarnya sebagian besar sistem kerja saya telah dibangun dengan sistem daring,  untuk mendukung gerakan paperless di tempat kerjaku. Jadi, seharusnya tidak perlu kaget dengan WFH.  Ke kantor pada dasarnya  mematuhi jam kerja yang telah ditetapkan. Jadi memang tak heran kan sebagai buruh di kepalaku terformat jam kerjaku adalah nine to five. Di luar itu, sila meninggalkan pesan di aplikasi atau melalui surel yang akan kubaca pada jam kantor.   

Persoalan muncul kala WFH.  Beberapa  rekan kerjaku yang usianya terpaut 15-20 tahun di atasku  memiliki kemampuan pemahaman penggunakan aplikasi meeting online. Awal-awal WFH, mereka sering menghubungiku hanya untuk menanyakan hal yang sangat sepele dengan sistem online yang berjalan sebagai kebijakan yayasan, baik  virtual class ataupun  aplikasi lain yang mendukung pembelajaran daring. Meski beberapa kali dijadikan agenda pelatihan, tetapi masih saja yang gagap dalam penggunaannya. Bahkan ada yang tidak pernah dijalankan dengan alasan ribet.  Sebagian rekan kerja yang sudah  biasa pegang gadget , untuk memahami aplikasi tertentu mungkin hanya perlu waktu sebentar. Tetapi buat sebagian orang,  unduh dan pasang aplikasi baru sama saja dengan menambah masalah baru. Kadang untuk memberi penjelasannya pun memerlukan diksi yang tepat agar tidak gagal paham. 

Hal lain yang menyebalkannya , mereka meminta bantuan ini benar-benar di luar jam kantor, seolah diriku gak punya kehidupan lain di rumah ini.    Mau marah?, nanti dikira gak sopan, mau ditunda kayak besok mau kiamat aja, sampe gak mau nunda. Beberapa orang yang menghubungi juga, yang telah berbulan-bulan tidak pernah kontak diriku. Pesan terakhirnya 3 bulan lalu, termasuk beberapa pesanku yang dianggap koran dibaca aja, dibalas nggak. Tuh kan menunjukkan dampak WFH itu justru positif, yang selama ini jarang menghubungi gara-gara WFH jadi suka menghubungi . Satu hal lain kebiasaan WFH yang sering buat saya jutek adalah ditelpon di luar jam kantor dan lama pula. Entah mengapa saya tipe yang kurang suka ditelpon berlama-lama. Sedari kecil saya memang terbiasa menerima telpon hanya selama 3 menit. Cukup sampaikan yang diperlukan saja. Ya mungkin iitu berlaku saat pulsa telpon rumah masih mahal ya. Video call  juga sangat menggangu jika mendadak. Namanya di rumah ya , tidak setiap saat saya rapi apalagi di luar jam kerja, Saya sudah menggunakan pakaian kebesaran saya.  Kadang perlu mereject beberapa kali, yang saat diterima justru panjang menjelaskan mengapa menolak panggilan. 

Tidak ada salahnya toh memiliki sikap yang tetap menghargai peran seseorang kapan ia sebagai rekan kantor dan sebagai orang rumahan. Meski  WFH, sebaiknya tetap hargai jam kantor. Bagaimanapun rumah adalah ranah privat setiap orang yang patut dihargai, WFH itu tidak sama dengan memindakan seluruh pekerjaan kantor ke rumah tanpa mengenal waktu.  Jangan sampai physical distancing memicu pula jarak hubungan sebagai rekan kerja gara-gara pergesekan karena kurang menghargai privasinya termasuk jam kantor. 

Btw,  pernah gak sih mendengar pameo "Orang yang berkutat di dunia maya pada dasarnya orang yang kesepian", eh.. apakah kita dipaksa menjadi orang yang kesepian dengan WFH ya?. Ya, kalo gitu jangan sampe deh kehilangan ikatan silaturahim hanya gara-gara gak ketemu kan?.  Hayo, siapa yang sudah rindu drama kantor?.

 Selamat Hari Buruh di Masa Pandemi Covid 19. Salam Kompal Selalu, Tetap Bahagia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline