Delia menghidupkan paket datanya, ratusan pesan pun terkirim dari semua media sosialnya. Sebagai ibu rumah tangga purna waktu, tidak dapat sering ia memegang gawainya. Ia dedikasikan waktu sepenuhnya buat Anastacia dan Anas, si kembar yang memasuki usia tahun ke-4.
Setiap hari ia merancang pembelajaran dini kepada kedua putra-putrinya sebelum memasuki usia sekolah.
Sesungguhnya, Ia menikmati itu semua, tanpa ada paksaan. Ia meninggalkan pekerjaannya sebagai pialang terkemuka, menjual perusahaan start upnya hanya untuk menjadi ibu rumah tangga. Gelar PHd di bidang Bisnis sebagai Majornya dan Psikologi sebagai minornya yang telah ia genggam sejak berusia 24 tahun pun ia lupakan begitu saja.
Ia tinggalkan semua petualangannya dalam berkarir, ia telah merasakan cukup sudah ia mereguk smua kenikmatan yang selama ini dipamerkan dalam sosial media oleh para social climber, menaiki pesawat jet pribadi, bertualang dengang yact di laut mediterania, tidak pernah merasakan macetnya kota-kota penting di dunia karena kakinya hanya menyentuh dari helipad ke helipad.
Ia memilih hidup sederhana di pinggiran kota, menutup semua cerita dan identitas dia sebelumnya. Menjadi seorang istri sekaligus pengajar sukarela pada sebuah pendidikan anak usia dini dan membuka sebuah perpustakaan anak.
Tidak banyak yang ia kenal di masa lalunya yang terhubung dengan media sosial. Tetapi grup parenting pun sekarang seolah telah kehilangan arahnya. Semua informasi dibagi mulai dari info bahaya bahan makanan, tempat paling angker di kota, kampanye para caleg termasuk yang disaksikan oleh Delia di layar gawainya siang itu.
"Memang hidup perlu disyukuri, jangan sampai terjadi dengan kita ya Mums, dan tetap bersamai anak kita, agar tidak terjadi seperti demikian"pesan singkat dari anggota grup yang dibarengi engan video seorang perempuan yang terkapar lemas, dengan baju tidur berbahan linen membalut tubuhnya yang ramping, tinggi dan berkulit bersih sangat terawat, dengan muka terbalut sebuah kantong plastik yang diikat.
"Itu kan Rastiti ya, mantan model dan Putri kampus, kasihan banget dia meninggal gitu itulah kalo jebolan sekolahan negeri sekuler, tidak berlandaskan agama" komen anggota yang lain.
Delia menjadi silent reader dalam grup itu, ungkapan duka, sedih, tetapi diselingi umpatan mengalir begitu saja dalam chit-chat grup.
Tiba-tiba suara Adaro, suaminya terdengar "Ma, bersiaplah, kita perlu melayat" ucap Adaro dengan tergesa, lalu menabrak tubuh Delia "Rasti, ia meninggal semalam, bunuh diri". Adaro tak kuasa menahan perasaannya ia menangis sesenggukan di pelukan istrinya.
"Iya, aku lihat dari beberapa postingan media sosial, kita siap-siap. Biar saja dua naga kecil kita titipkan pada Mbak Harni"jawab Delia tenang.