Car free day Palembang pada minggu pagi ini terasa berbeda. Selain deklarasi kampanye damai, juga iklan produk, ternyata ada peringatan hari bahasa isyarat internasional dan pekan tuli internasional di sini.
Acara ini diselenggarakan Gerkatin, sebuah lembaga sosial yang peduli pada rekan-rekan tuli di Sumatera Selatan dan Palembang.
Tema yang diangkat adalah "inklusi penuh dengan bahasa isyarat".
Kita tahu, bahwa menjadi tuli itu berat, bisa jadi kita bilang "tuh si anu bisa ngomong meski tuli", jika merujuk orang-orang yang kita kenal, tuli tetapi dapat bicara selayaknya kita meski amat sangat dipaksakan.
Tanpa sadar kita menuntut orang lain untuk sama dengan orang pada umumnya dengan perjuangan penuh penderitaan, itu merupakan bentuk kekerasan (torture).
Hal itu berarti kita telah melanggar hak-haknya sebagai manusia. Bahkan hal ini dilakukan semenjak usia sangat dini,hanya bertujuan agar mereka dapat berkomunikasi dengan yang lain.
"Setara" itu kata kuncinya, menjadikan mereka berkomunikasi dengan orang-orang yang tidak tuli bukan dengan memaksa mereka bisa berbicara selayaknya kita. Tetapi kita, saya, anda dan mereka untuk sama-sama belajar agar ada saling paham satu sama lain melalui bahasa isyarat.
Dengan mempelajari bahasa isyarat kita bisa merasakan yang mereka rasakan sekaligus mensyukuri keberadaan kita sebagai manusia.
Acara ini berupa pernyataan dukungan dari masyarakat untuk inklusi sesungguhnya bagi kawan-kawan yang tuli.
Saya bahagia, ketika membubuhkan tanda tangan buat dukungan terhadap kita, ya saya tidak berani lagi memilih kata mereka. Karena memang tuli hanyalah gift Tuhan yang seharusnya tidak membedakan kita.