Lihat ke Halaman Asli

Menyemai Kecintaan pada Sains Melalui Olimpiade

Diperbarui: 15 Januari 2025   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menyemai  Kecintaan pada Sains Melalui Olimpiade

Oleh Karnita

 

"Beri aku seribu orang tua, maka dengan mereka aku akan menggerakkan Mahameru. Tetapi berilah aku sepuluh pemuda bersemangat, maka aku akan mengguncangkan dunia!" demikian ucapan Bung Karno di hadapan para pemuda yang disampaikan dengan berapi-api di Surabaya, tahun 1932.

Ironisnya,  ekspektasi terhadap pemuda acapkali tercoreng dengan banyaknya kasus kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, anarkisme, pergaulan bebas, dan yang lainnya. Data yang terpapar/pengguna narkoba tahun 2022, berdasarkan data dari Pusat Penelitian, Data, Informasi Badan Narkotika Nasional (Puslitdatin BNN) tercatat, pada tahun 2021 adanya peningkatan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba yaitu 1,80% menjadi 1,95%.

Bersyukurlah, di tengah derasnya  stigma negatif yang dialamatkan pada pelajar masih ada beberapa kabar yang menggembirakan. Dalam buku Belajar dari Para Sang Juara Olimpiade (2009) disebutkan prestasi pelajar Indonesia yang telah  mengibarkan bendera merah putih di forum internasional. Para sang juara itu antara lain, Anas Maulidi Utama yang meraih penghargaan medali perak IOAA (International Olympiad on Astronomy and Astrophysics) di Italia tahun 2008; Anugerah Erlaut (Bidang Biologi), peraih medali emas Mostrac International Science Technology Exhibition (MISTE), di Nova Hamburgo-Brasil tahun 2008; Kevin Winata meraih medali emas pada International Physics Olympiad (IPhO) tahun 2008 di Hanoi-Vietnam; M. Ironnanda Kurnia Jabbar (Bodang Komputer) peraih medali emas dalam ajang Monstratec International Science Techonology Exhibition (ISTE)-Nova Hamburgo-Brasil. Dia juga meraih medali emas pada ajang International Computer Project Olympiad (ICPO)-Turkmenistan tahun 2008; Setyo Budi Premiaji W. (Bidang Biologi) meraih medali emas dalam INEPO (International Environmental Project Olympiad) EUROASIA 2008  di Baku, Azerbaijan; Tyas Kosasih meraih medali perunggu pada International Physics Olympiad (IPhO) 2008, Hanoi-Vietnam; Yoseph (Bidang Matematika) meraih medali emas pada kompetisi International Young Project Olympiad (IYIPO)   pada tahun 2007 Ivan Gozali meraih medali perak Asian Physics Olympiad (IPhO) di Shanghai-Cina.    

Dalam ajang International Conference of Young Scientist (ISYC) 2009 yang dihelat di Polandia. Dalam ajang tersebut, Indonesia berhasil meraih enam medali emas, satu perak, dan tiga perunggu. Prestasi tersebut mengantarkan Indonesia sebagai peserta terbanyak meraih  emas, mengalahkan tim kuat dari negara maju, seperti Jerman, Belanda, dan AS. Sungguh betapa membanggakan bagi bangsa Indonesia.

Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan agenda tahunan pendidikan nasional yang dipandang urgen dan strategis. Ajang bergengsi para pelajar setanah air tersebut melibatkan pelajar SD, SMP, dan SMA. Tahun 2005-2006, Presiden SBY mencanangkan sebagai tahun sains, meskipun hasilnya masih jauh panggang dari api.  Kini OSN 2010 tengah berlangsung. Seleksi di tingkat sekolah dan wilayah telah berlangsung. Mereka sedang H2C, harap-harap cemas,  menantikan hasilnya. Event tersebut sejujurnya telah menghembuskan virus semangat  dan kultur mencintai sains yang diharapkan dapat memajukan peradaban bangsa. Guru dan siswa penuh antusias mempelajari berbagai materi olimpiade di luar jam pelajaran. Sayang sekali, perhelatan tersebut  ruang lingkunya masih terbatas pada mata pelajaran Fisika (IFO), Kimia (ICO), Matematika (IMO), Biologi (IBO), Ekonomi, Astronomi, TIK, dan Kebumian. Lagi pula ajang-ajang  sejenis itu sangat minim. Padahal, para siswa saat ini sangat membutuhkan "virus-virus" semangat belajar yang menjalar lebih luas, gencar, dan berkesinambungan.

Perhelatan tersebut memberikan banyak manfaat antara lain dari (1)  sudut  pemetaan prestasi dan perbaikan disparitas pendidikan antardaerah; (2) penguatan rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang cenderung mengalami erosi; (3) jalan untuk meretas dan memupuk kecintaan pada dunia sains yang dapat memberikan kemaslahatan bagi bangsa; dan (4) memupuk semangat belajar dan kultur kompetisi dalam belajar dan kehidupan. 

Semangat belajar dan kompetisi  memang harus terus digelorakan kepada siswa, sebab hidup pada hakikatnya adalah kompetisi dan perjuangan. Dalam kompetisi tersebut, siapa yang bisa survive adalah mereka yang terbaik. Realitas tersebut sudah ditegaskan Allah SWT dalam Al Quran, "... supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. ...." (S. Al Mulk: 2).

 Menurut para psikolog, masa usia remaja merupakan masa yang penuh masalah, transisi, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Di sinilah peranan virus semangat  berkompetisi belajar sangat diperlukan di tengah potret deksripsi belajar pelajar yang kurang menggembirakan. Indikator rendahnya kultur kompetisi belajar, rendahnya animo belajar, kurang kemandirian belajar, lemahnya daya juang belajar, inkonsistensi belajar, malas sekolah, rendahnya prestasi, belajar sistem kebut semalam, dan jarangnya belajar di rumah masih merupakan sesuatu hal yang benar adanya. Memang banyak faktor penyebabnya, antara lain sepinya ajang kompetisi yang dapat memicu dan memacu belajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline