Pendapat adalah keaneka ragaman. Ya, adanya perbedaan cara pandang dengan dasar yang kuat dapat menjadi komparasi yg sangat berarti menuju jalan terang suatu permasalahan. Bisa dibayangkan jika hanya ada pendapat tunggal, maka peluang kegagalan akan masuk dari sisi lain yang luput dari perhatian.
Membaca merupakan proses utama memperoleh pengetahuan, begitu disebutkan dalam ajaran agama juga dalam perkembangan ilmu pengetahuan, selain itu juga ada prbses lain seperti mendengar, menonton dan lain-lain.
Berbeda dengan proses yang lain, membaca menjadi proses yang paling efektif untuk memperoleh pengetauan, karena dengan membaca anda bebas untuk memilih dan memdapatkan apa yang ingin anda ketahui. Berbeda halnya dengan mendengar misalnya, proses ini membatasi pengetahuan yang kita peroleh hanya pada apa yang disampaikan oleh pembicara.
Berargumen sejatinya memaparkan pengetahuan yang dibumbui dengan pendapat pribadi serta seni beretorika. Literasi menjadi salah satu lahan besar menggarap pengetahuan, disamping ladang-ladang pengetahuan penunjang lainnya. Terkadang begitu banyak dari kita "kebelet" untuk berargumen tanpa melalui proses penggarapan dahulu.
Membaca bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun terutama di perguruan tinggi, disitulah pengetahuan paling banyak digarap melalui literasi, sekaligus kemudian menjadi tempat untuk menguji argumen itu.
Dr. Roger Farr (1984) menyebutkan bahwa "reading is the heart of education". Namun akan sangat menyedihkan sekali jika orang berada di lingkungan kampus enggan terhadap literasi itu dimana disana mereka memang dituntut utk berargumen, mencurahkan isi hati dan fikiran.
Literasi menjadi sangat penting baik ketika anda berargumen atau tidak sekalipun. Bayangkan saja jika anda akan beropini dan kemudian egomu datang dengan gagahnya ingin memimpin, ia tidak pernah ingin tahu seberapa siap kamu dengan kedatangannya, pengetahuanmu adalah kesiapan bagi kedatangannya tetapi literasi tidak mendukungmu, maka ketika itu anda akan terlihat begitu 'tolol' dengan ucapan anda dan akan terkapar tanpa kemenangan.
Membaca menjadi ritual wajib yang harus dilakukan sebelum menyusun dan menarasikan argument, dalam hal ini membaca dapat menjadi sumber data bahkan menjadi mentor yang baik mnegarahkan bagaimana seharusnya argument itu disajikan.
Proses wajib itulah yang kebanyakan kita lewatkan atau acuh begitusaja terhadapnya sehingga menyebabkan timbulnya hal-hal yang fatal, seperti argument yang tidak kuat, data yang tidak akurat, sampai narasi yang kacau hingga dengan mudah orang menganggap apa yang anda ucapkan hanya ucangan ngawur.
Membaca Sebagai sumber data
Bahan dasar olahan argument adalah data, jika berargumen tanpa bahan dasar olahan maka yang demikian itu kita kenal dengan "debat kusir", dari satu sudut pandang "debat kusir" ini jauh dari olahan data melainkan ego yang menjadi salah satu bahan dasar utama, yaitu ego yang ingin keluar sebagai pemenang dalam sesi itu, bukan ajuan cara pandang lain dengan dukungan data.