Lihat ke Halaman Asli

Karmani Soekarto

Data Pribadi

Wajarkah Sumbangan 225M untuk Rio?

Diperbarui: 6 Maret 2016   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Masih segar dalam ingatan pesan pak Harto, dadi uwong Ojo gumunan, Ojo Kagetan.
Gumunan artinya gampang heran atau mudah kagum. Ojo Gumunan adalah larangan untuk tidak mudah kagum atau heran dengan keadaan dan peristiwa yang ada di dunia ini.

Masyarakat kita sekarang ini mudah sekali untuk gumun atau kagum terutama ke hal hal bersifat materi dan duniawi.
Nah apa hubungannya pesan itu dengan Rio Harianto yang memulai menapak karirnya di F1.

Rio membutuhkan dana untuk membayar team Manor sebesar 225M. Besarkah itu? Bagi kita tentu besar sekali bila diukur dengan tingkat daya beli kita yang masih rendah terkait dengan Income per Capita RI. Tentu orang biasa mengukurnya bila uang 225M dibelikan dengan sesuatu tentu jumlahnya berjibun, katakanlah sepeda motor yang tiap unitnya seharga 20Jt maka didapatkan 11.250 unit, wow jumlah yang besar. Untuk apa motor sebanyak itu, bagaimana menaikinya?

Bagi perusahaan industri manufacturing besarkah pengeluaran itu untuk belanja iklan? Tentu perusahaan yang berskala MNC, multi national corporation. Tentu tidak.

Kita ambil contoh yang gampang saja didepan mata saat kita menyaksikan CR7, data yang aku kutip dari dream.co.id. dibawah ini:

Sementara di luar lapangan, CR7 memperoleh pendapatan hampir sama dengan nilai kontraknya yakni US$ 21 juta (Rp 274 M) per tahun. Untuk kontrak terbarunya dengan Nike kabarnya CR7 digaji US$ 8 juta (Rp 105 M) per tahun.

Selain itu, CR7 juga menandatangani kontrak iklan dengan perusahaan-perusahaan seperti Herbalife, Castrol dan Samsung. Jika dia meninggalkan Madrid, klub yang membelinya harus menyediakan dana U$1miliar.

Kita lihat Nike saja yang gampang. Aku sebut Nike adalah perusahaan berskala MNC, multi national corporation. Hasil produksi manufakturnya hampir semua orang tahu, terutama Sepatu Olah Raga, walau masih ada barang barang produksi lainnya yang terkait dengan aktivitas olah raga. Nike membelanjakan kebutuhan akan iklan demikian besarnya.

Memang biaya iklan dalam tahun pertama bisa membuat perusahaan merugi tetapi tentu laba Nike demikian besarnya kalau melihat belanja iklan demikian besarnya.

Dalam ilmu akutansi belanja iklan dikatagorikan kedalam Selling Expense, pada tahun yang sama boleh dibebankan sebagai biaya berapapun besarnya, bila dibandingkan dengan membeli Gedung umpamanya, 20 tahun baru selesai menjadi biaya melalui penyusutan. Maka banyak perusahann yang menyewa gedung dari pada membangun gedung sendiri, kecuali gedung juga memiliki nilai promosi, gedung yg merupakan land mark negara tertentu, sebut saja Menara Kembar Malaysia, Jam Gadang Arab Saudi memang layak dibangun guna promosi.

Nah sekarang anda pasti tahu bagaimana orang termakan iklan Nike, para olah ragawan, mahasiswa, pelajar memiliki kebanggaan bila berolah raga atau kegiatan out door menggunakan sepatu Nike, apalagi sepatu yang sangat ringan itu designnya dilengkapi warna dan bantalan udara Nike Air, rasanya memakai tidak mengenal lelah. Akupun pernah nerasa bangga memakai Nike Air sehingga grup kami gerak jalan 17,5 Km sebanyak 13 orang dengan waktu tempuh 130 menit, bisa menjuarai Petro Cup 1995. Sepatu itu ringan, sehingga tidak ada yg cidera seperti lepas kuku jari kaki bila menggunakan sepatu lain. Itu masih di kota Jakarta belum kota kota lain yang dirambah Nike. Hasilnya tentu keuntungan besar bagi Nike. Itulah kegunaan iklan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline