Lihat ke Halaman Asli

Ban Pecah, Wanita Cenderung Selamat

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Cukup banyak kecelakaan ketika berkendara disebabkan pecah ban. Bahkan kecelakaan tersebut bisa sedemikian fatal akibat pengemudi tidak mengerti tindakan yang harus dilakukan. Tapi ironisnya, dalam kasus kecelakaan serupa, pengemudi wanita justru sering mampu lolos dari akibat fatal.

Ini terbukti lagi dalam kecelakaan tunggal hari Jumat (9/9) ini di ruas tol Cipularang Km-85. Toyota Avanza yang dikemudikan seorang wanita itu memang ringsek tak berbentuk. Tapi justru, pengemudi dan penumpangnya selamat dengan hanya beberapa luka ringan. Kenapa?

Pecah ban ketika sedang melaju, memang bisa berakibat Anda akan kesulitan mengendalikan kemudi. Terlebih bila ban yang pecah adalah di roda depan dan mobil sedang meluncur dengan kecepatan tinggi.

Secara teori (skill driving), menghadapi situasi seperti ini, hal pertama yang perlu Anda ingat adalah jangan panik. Setelah itu, jangan panik dan selanjutnya jangan panik…

Tindakan antisipatif yang tepat pada situasi ban pecah adalah yang pertama perkuat genggaman pada lingkar kemudi dan tetap berusaha mengarahkan kendaraan. Yang dimaksud mengarahkan kendaraan, mengikuti arah pergerakannya tanpa berusaha melakukan counter steering (melawan arah pergerakan kemudi) sesuai yang Anda inginkan. Karena bila demikian, ada momentum tenaga yang saling berlawanan.

Berikutnya, lepaskan tekanan kaki pada pedal akselerator atau pedal gas. Biarkan kecepatan mobil berkurang dengan sendirinya. Pada situasi ini, jangan sekali-kali melakukan perlambatan dengan menekan pedal rem.

Di saat kecepatan mulai berkurang dan Anda sudah mampu mengendalikan kemudi, arahkan kendaraan ke lajur paling kiri. Segera nyalakan lampu hazard sesaat Anda berhasil berhenti total sebagai isyarat kepada pengemudi lain bahwa Anda dalam situasi darurat. Setelah itu, usahakan berhenti di tempat yang aman dan rata untuk melakukan penggantian ban. Sebelumnya, tentu jangan lupa memasang segi tiga pengaman.

Lantas, bagaimana kaitannya dengan pengemudi wanita yang cenderung selamat? Apakah pengemudi wanita lebih piawai melakukan prosedur ini dibanding pengemudi pria?

Menurut saya, bukan karena wanita lebih unggul ketrampilan atau bukan karena alasan wanita tidak panik. Atau bukan pula karena wanita mampu bersikap lebih tenang ketimbang pengemudi pria. Bagaimana pun, secara umum pengemudi wanita memiliki setidaknya puluhan aspek kelemahan dibandingkan pengemudi pria.

Yang bisa dianalisis, pengemudi wanita justru cenderung pasrah. Reaksi wanita pada situasi emergency, umumnya cenderung melipat kedua tangan di dada. Artinya, mereka secara refleks melepaskan genggaman pada lingkar kemudi. Bahkan sering diikuti dengan pekikan…, Ahhhh…!!!

Tindakan ini, justru lebih menguntungkan ketimbang pengemudi pria yang over-reactive dan tidak memahami prosedur standar penyelamatan dalam situasi pecah ban. Karena kekuatan fisiknya, tak jarang pengemudi pria malah melakukan perlawanan (counter) terhadap pergerakan arah kemudi. Cara ini, menjadikan kendaraan justru masuk ke fase tak terkendali secara total (confusing phenomena).

Reaksi refleks pengemudi wanita yang pasrah, juga menghindarkannya dari tindakan spontan menginjak pedal rem. Reaksi ini, sangat membantu menstabilkan pergerakan kendaraan. Bagaimana pun, tindakan pengereman mendadak dalam situasi pecah ban, justru semakin memperparah keadaan.

Bila demikian, boleh jadi akan muncul pernyataan: “Kalau demikian, lebih baik ikut cara pengemudi wanita yang pasrah?”

Tentu saja tidak. Tindakan yang benar, tetap saja bisa membawa hasil akhir lebih baik dari sebuah kejadian. Dengan penanganan yang tepat, pecah ban tak mesti selalu berakhir dengan mobil terguling atau menabrak mobil dan objek lainnya.

Tidak puas dengan penjelasan ini? Mention saya melalui twitter @karman_mustamin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline