Artikel ini memang khusus diperuntukkan untuk (yang merasa ingin jadi) penulis pemula (seperti saya).
Sepertinya tidak berlaku untuk penulis yang sudah memiliki jam terbang tinggi, apalagi penulis profesional, bahkan penulis pemula tetapi memiliki anugerah yang alami dalam menulis.
Ide dari artikel ini berasal dari keresahan (melulu) setelah membaca buku yang berisi kiat dalam menulis.
Saya jadi berkesimpulan untuk penulis pemula yang ingin menjejakkan kepenulisannya dalam membangun personal branding ternyata bisa terbagi menjadi dua golongan. Golongan (terjun) bebas dan golongan terstruktur.
Saya menyempitkan batasan penulis yang membagikan tulisannya di Kompasiana rumah bagi beragam Kompasianer dengan cakupan kemampuan dan tingkat menulis yang luas.
1. Golongan (terjun) bebas.
Sebetulnya lebih tepat dikatakan golongan terjun bebas dibanding golongan bebas.
Golongan terjun bebas -seperti saya- adalah golongan yang (merasa) ingin jadi penulis akibat dari keriuhan yang ada di kepala akibat membaca lalu ingin dituangkan dengan cara menuliskannya kembali dengan bahasa sendiri.
Tidak ada pondasi yang mendasari saat menulis seperti bagaimana proses menulis dilakukan. Bahkan kaidah kepenulisan saja tidak mengerti. Yang dilakukan hanya menulis yang ada di kepala, tayangkan, lalu menunggu nasib dari tulisan atau artikel akan berlabuh ke mana.
Akankah jadi tulisan percuma yang berlalu, tertumpuk oleh tulisan Kompasiner lain, sepi pembaca, rate, maupun interaksi sesama Kompasianer.
Kalau beruntung artikel bisa menjadi pilihan editor, lalu diapresiasi Kompasianer bahkan pembaca luar hingga tercatat views puluhan ribu bahkan ratusan ribu (saya belum sampai seberuntung itu).