Lihat ke Halaman Asli

Karla Wulaniyati

TERVERIFIKASI

Senang Membaca dan (Kadang-kadang) Menulis di karlawulaniyati.com

Berlebaran Bersama Mama dan Bapak

Diperbarui: 5 Juni 2019   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mama dan Bapak tercinta (dok.pri)

Lebaran Idul Fitri 1440 H ini keluarga besar dari Mama dan Bapak berlebaran di rumah Mama dan Bapak karena kini kakak tertua dari keduanya sudah tidak ada.

Hebatnya makanan untuk sajian tamu disediakan oleh Mama dan Bapak. Mama dan adik ipar memasak lauknya, Bapak memasak ketupatnya. Mereka yang ingin memasak menyediakan sendiri, jadi saya hanya sebagai kenek Mama saja.

Bapak memasak ketupat menggunakan pemanas dari kayu bakar, mulai memasak sekitar jam 9 pagi sampai sekitar jam 15.00. Ketupat hasil buat sendiri biasanya lebih enak dan tahan lama padahal tanpa tambahan zat pengawet, makanya bersikeras buat sendiri dibanding beli jadi.

Tungku memasak ketupat (dok.pri)

Pagi hari 1 Syawal 1440H diawali dengan Sholat Ied. Lalu bersalaman untuk saling bermaafan. Setelah keluarga inti kami lalu berkeliling ke tetangga.

Usia Mama dan Bapak kisaran 70 tahun -- mereka suka bilang yang di akte kelahiran bukan tahun sebenarnya hanya kira-kira -- jadi melihat mereka bersalaman tepatnya berpelukan saat Idul Fitri merupakan salah satu kebahagiaan tersendiri karena menyaksikan anugrah masih diperkenankan bersama kedua orang tua,  melihat mereka sehat dan masih berkarya di usia mereka, hal tersebut bagi saya patut disyukuri yang tiada henti.

Satu-satu anak, menantu, cucu, dan saudara dari keluarga Mama dan Bapak berdatangan. Banyak haru di sana karena banyak anggota keluarga yang sudah tidak ada sehingga tidak bisa merayakan Lebaran bersama.

Selain memasak dan menyediakan hidangan Mama dan Bapak juga memberikan uang Lebaran untuk cucu dan kerabat yang masih usia sekolah,  jangan ditanya senangnya mereka mendapat salam tempel dari Nenek dan Kakek. 

Yang satu cucu tangannya penuh uang lebaran, yang satu lagi tangannya kosong...hehehe(dok.pri)

Senda gurau, cerita sedih membicarakan yang sudah tidak ada, berbagi cerita kebahagiaan, dan yang utama luruh semua kesalahan terjadi pada momen Lebaran. Apapun yang menjadi ganjalan saling memaafkan adalah puncak pencapaian saat pertemuan di hari raya Idul Fitri.

Tidak jarang satu keluarga dengan keluarga yang lain hanya bertemu saat hari raya Idul Fitri sehingga momen berkunjung diusahakan untuk tidak dilewatkan.

Sampai malam masih ada keluarga yang mengunjungi Mama dan Bapak. Terlihat mereka bahagia karena semua berkumpul walau terlihat juga kelelahan di wajah Mama dan Bapak.

Saya sebagai anak menjalani berlebaran bersama Mama dan Bapak adalah anugrah, kebahagiaan, bersyukur atas karunia yang diberikan oleh-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline