Aku berlari tergesa-gesa. Seingatku jarak sekolah dan rumah tidak pernah sejauh ini, tapi kenapa seperti tak kunjung sampai padahal sudah berlari sekencangnya.
"Assalamualaikum." Aku melempar tas, sepatu, kaos kaki.
"Waalaikumsalam." Ibu tidak berkata apa-apa hanya berdiri dihadapanku.
"Iya, aku akan rapikan." Kataku kesal karena ibu tidak mengerti kalau aku terburu-buru.
Setelah selesai makan aku pamit pada ibu untuk keluar rumah. Sudah hampir sebulan aku pergi ke warung lotek bu Asih sepulang sekolah. Membantu bu Asih melayani pembeli, membersihkan meja dan bekas makan, juga mencuci alat makan yang sudah digunakan.
Aku bekerja di warung bu Asih untuk mendapatkan uang lebih karena aku perlu membeli sesuatu. Ibu dan ayah mengijinkan aku bekerja karena hanya untuk sebulan saja dan kebetulan bu Asih perlu orang yang membantu setelah mbak Ima ijin pulang ke kampung dulu karena orang tuanya sakit.
"Besok aku gajian kan bu ?" tanyaku pada bu Asih setelah warungnya tutup karena lotek sudah habis.
"Iya, untuk apa sih uangnya sampai harus membantu ibu segala ?" tanya bu Asih penasaran.
"Ada yang harus dibeli bu dan aku tidak mau meminta pada ayah dan ibu." Aku nenaikkan kursi-kursi plastik ke atas meja, lalu pamit untuk pulang.
###
Uang hasil kerjaku membantu bu Asih di warungnya sudah ku pegang. Ditambah dengan uang yang kupunya cukup untuk membeli keperluanku.