Sabtu siang ini saya ingin posting satu artikel lagi. Karena libur bisa sepuasnya berbagi dengan kompasianer. Mudah-mudahan tidak membuat miris apalagi menangis membaca artikel saya yang masih banyak harus diperbaiki. Maunya sih ada manfaatnya walau sedikit dan sederhana juga.
Saya tidak tahu artikel ini membicarakan masalah sosial yang terjadi di lingkungan atau tentang cinta, atau malah tentang keduanya bahwa dalam kehidupan yang ada masalah sosial didalamnya ada juga terkandung masalah cinta.
Sepasang suami istri (?) --- karena saya tidak tahu persis hubungan keduanya --- sering terlihat bersama. Selalu berdua tak terpisahkan.
Setiap saya mengunjungi suatu tempat di pusat perkotaan seringkali bertemu mereka sehingga menarik mata saya untuk menelisik dan memperhatikan. Keduanya mengais rejeki dengan memulung dan meminta sedikit kedermawanan orang lain. Kaum marginal yang jika dilihat secara nurani pantas mendapat iba dan belas kasih walau banyak pula yang beranggapan mereka adalah orang kalah dalam mengarungi kejamnya kehidupan.
Pada akhirnya tergantung orang yang melihat mau mencermati dari sisi yang mana. Justru yang belum tuntas dilakukan adalah bagaimana menolong para kaum marginal itu dalam menjalani kehidupannya agar bisa berdiri di atas kakinya sendiri.
Perlakuan kita pada kaum marginal seringkali salah, pengibaratannya saat mereka lapar kita tidak memberikan kail pada mereka malah memberikan ikan. Memang masalah akan dapat diatasi, tapi hanya pada saat itu, saat mereka lapar maka mereka akan kembali meminta karena mereka tidak mengerti bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitupun dengan sepasang anak manusia yang jadi perhatian saya, mereka hanya mengerti memenuhi kebutuhan hidupnya dengan meminta belas kasih orang lain. Kalau kebetulan ada sampah seperti botol plastik dan yang sejenisnya biasanya mereka pungut karena mereka tahu sampah bernilai ekonomis.
Dilihat secara fisik keduanya seperti difabel. Kalau sedang berjalan yang laki-laki menuntun yang perempuan. Yang perempuan jalannya agak membungkuk dan penglihatannya seperti bermasalah. Hal itulah yang menyebabkan saat berjalan keduanya selalu bergandengan.
Kesulitan menghadapi hidup tidak membuat mereka gentar lalu menyerah kepada keadaan. Keduanya menjalani kehidupan sesuai yang mereka tahu.
Ada yang unik terjadi pada mereka. Ada pancaran yang mereka sendiripun tidak menyadarinya. Pancaran cinta selalu berpendar dari keduanya. Cinta yang dimilikinya bukan karena kenyamanan mata karena mengagumi kecantikan, tetapi cinta yang ada karena jiwa.
Jika orang menjadi pencinta karena letupan hati kepada orang yang disenangi akibat mata. Sedangkan mereka, menjadi pencinta karena letupan hati kepada pasangannya karena jiwa.