Lihat ke Halaman Asli

Karla Wulaniyati

TERVERIFIKASI

Senang Membaca, (Kadang-kadang) Menulis, Menggambar Pola/Gambar Sederhana

Dongeng | Teman, Sampai Bertemu Lagi

Diperbarui: 11 Desember 2018   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Namaku Timmy domba kecil berbulu tebal. Anak terkecil dari 6 bersaudara. Semua kakak menyayangiku, walaupun mereka selalu mengolokku karena aku memiliki poni keriting yang membuat aku terlihat lucu. Aku adalah domba kecil yang memiliki rasa keingintahuan tinggi, karena banyak hal yang belum aku ketahui. 

Kami tinggal di peternakan yang letaknya di atas dataran tinggi. Setiap hari kami dilepas di sebuah ladang rumput. Aku senang sekali berlarian disana. Loncat, berlari dan tak lupa bergulingan di atas rumput. Sungguh menyenangkan.

Temanku banyak dan mereka sangat senang bermain denganku. Suatu hari setelah cape bermain saat duduk dan berbincang ada teman yang tiba-tiba membicarakan anak pak Coklat, domba di peternakan kami juga.

" Anak pak Coklat itu sakit apa ?" tanya Fatty si domba gemuk memulai perbincangan.

"Sakit kutukan !" Blacky si domba berbulu hitam dengan gaya misteriusnya menjawab yang ditanggapi semua mata membelalak.

"Kutukan apa ?" tanyaku penasaran. Semua temanku tertawa karena mereka tahu bahwa Blacky asal bicara saja hanya aku yang terkena perangkapnya.

Pembicaran berubah dengan meributkan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Hanya aku yang tidak mengikuti perbincangan seru itu karena kepalaku penuh oleh banyak pertanyaan tentang anak pak Coklat.

Malamnya aku bertanya pada ibu untuk menghilangkan rasa penasaranku. Ibu bercerita bahwa bu Coklat lama sekali tidak mempunyai anak. Hingga satu waktu akhirnya diketahui kalau bu Coklat akan memiliki anak. Bu Coklat dan suaminya senang bukan main.

Hingga akhirnya anak bu coklat lahir. Berbarengan dengan ibu pun melahirkanku, jadi aku dan anak bu Coklat itu seusia. Awal lahir anak bu Coklat sehat dan gemuk. Kebahagian selalu terpancar dari muka bu Coklat dan suaminya. 

Suatu hari saat anak bu Coklat berusia dua bulan tiba-tiba anaknya kejang. Ributnya luarbiasa karena bu Coklat panik dan menjerit-jerit melihat anaknya yang kejang.

Setelah diobati ternyata ada perubahan. Kepala anak bu Coklat selalu terkulai, menghadap ke belakang. Sejak itu pertumbuhan anak bu Coklat seperti terhenti. Hanya tidur, tidak bisa bicara, kegiatan sehari-hari bu Coklat yang membantu bahkan untuk sekedar makanpun tidak bisa. Kasihan sekali kondisinya. Bu Coklat dan suaminya sedih sekali walau mereka tetap sayang dan merawat anak semata wayangnya dengan sabar dan sepenuh hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline