Di sebuah desa yang asri ada sebuah peternakan paling besar. Pemiliknya bernama pak Andi. Banyak binatang ternak yang dipelihara. Kandangnya seperti gudang besar. Tiap kandang berbeda binatangnya. Untuk membedakan pak Andi mencat kandang dengan warna berbeda. Kandang berwarna kuning untuk domba. Kandang hijau untuk ayam. Kandang coklat untuk sapi.
Aku tinggal dikandang berwarna hijau. Ada ibu, ayah dan beberapa saudaraku, kami 7 bersaudara.
Sepertinya musim hujan sudah mulai. Karena setiap hari hujan selalu turun. Kalau sudah turun hujan kami selalu senang karena akan banyak kubangan air yang bisa kami pakai untuk bermain. Cacingpun akan berlimpah dan itu makanan kesukaan kami semua.
Kalau berburu cacing akan menjadi pengalaman tersendiri, karena sangat seru. Tapi itu untuk mereka, seringkali aku hanya menyaksikan keseruan saudara-saudaraku saja. Jarang yang mau bermain denganku, jangankan yang lain saudaraku saja seperti enggan malah terlihat benci padaku. Kecuali ada satu adik terkecilku, dia yang paling sayang kepadaku selain ayah dan ibu tentunya.
Semalan hujan turun, bisa dipastikan pagi ini kami akan berpesta main dikubangan dan berburu cacing.
" Kak, ayo tidur besok kan kita main kubangan, aku sudah tak sabar. " Adik terkecil membujukku agar mau memejamkan mata, tapi kesedihan yang malah kurasakan. Aku tak ingat kapan mulai memejamkan mata setelah lelah memikirkan kenapa aku selalu dibedakan karena tidak mendapat jawabannya akhirnya aku tidur juga.
Paginya, riuh bukan main mereka tak sabar menunggu pegawai pak Andi membuka gerbang kandang. Begitu terdengar suara sepatu boot berjalan mendekati kandang, semua sudah bersiap di depan kandang, persis seperti menunggu toko sale akhir tahun yang akan diserbu pembeli. Tak menunggu lama begitu pintu terbuka semua hewan berhamburan keluar. Hanya beberapa saja yang tidak berminat keluar kandang dengan berbagai alasan termasuk aku.
" Wah, sepertinya banyak yang melewatkan sarapannya nih." Pegawai pak Andi bergumam sendiri melihat penghuni kandang hijau berhamburan tanpa makan terlebih dulu. Setiap hari pegawai pak Andi membawa makanan sebelum peliharaannya dikeluarkan. Akhirnya makanan yang dibawa dibagi-bagi disetiap rumah ayam-ayam itu.
"Hai cantik, kok tidak ikut keluar ?" pegawai pak Andi menyapaku dan kubalas dengan tatapan sinis sambil tak acuh, gaya sekali kan aku ?.
Ibu menghampiriku dan mengelus kepalaku. Ibu pasti tahu ada yang sedang kupikirkan. Aku suka heran kenapa ibu selalu tahu kalau aku sedang dapat kesulitan.
"Ada apa nak ? kok tidak ikut dengan yang lain ?" aku meletakkan kepala dipangkuan ibu.