Indonesia kaya akan beragam budaya dan warna, satu diantaranya adalah ragam suku. Lebih dari 300 etnik atau suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Seperti contohnya suku Baduy yang ada di Lebak, Banten. Mereka adalah masyarakat yang menutup diri dari luar dan kelompok etnis yang sering disebut dengan suku Baduy Kanekes. Sebab mereka tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Sejarah Suku Baduy Kanekes
Sebenarnya, kata "Baduy" merupakan sebuah sebutan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu (masyarakat Kanekes). Berawal dari sebutan oleh peneliti Belanda yang seolah melihat persamaan mereka dengan kelompok masyarakat Arab Badawi yang berpindah-pindah atau nomaden.
Atau kemungkinan lain karena ada Gunung Baduy serta Sungai Baduy yang terletak di bagian utara kawasan tersebut. Bahkan kelompok tersebut pun lebih suka menyebut diri dengan nama urang Kanekes atau orang Kanekes. Seperti nama wilayah yang mereka tempati.
Asal Usul Suku Baduy Kanekes
Berdasar kepercayaan suku Baduy Kanekes, mereka mangaku keturunan dari Batara Cikal. Asal usul ini kerap kali dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang yang pertama. Dari kepercayaan mereka juga, nabi Adam beserta keturunannya, tak terkecuali masyarakat Kanekes punya tugas bertapa atau asketik (Mandita), guna menjaga keharmonisan dunia.
Di lain sisi, pendapat mengenai asal usul suku Baduy Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mana mereka berdasar dengan bukti-bukti sejarah seperti catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, prasasti, serta cerita rakyat perihal "Tatar Sunda" yang terbilang minim akan keberadaannya.
Baca juga : Uniknya Sistem Penanggalan Adat Suku Baduy di Provinsi Banten
Dimana masyarakat Kanekes dihubungkan dengan kerajaan Sunda sebelum runtuh pada abad ke-16, yang berpusat di Pakuan Pajajaran kalau sekarang sekitaran Bogor. Sebelum masa Kesultanan Banten berdiri, bagian ujung barat pulau Jawa adalah kawasan penting bagi Kerajaan Sunda. Banten menjadi pelabuhan dagang yang sangat besar.
Kemudian sungai Ciujung bisa dilayari dengan berbagai macam perahu. Bahkan cukup ramai untuk mengangkut hasil bumi dari wilayah pedalaman. Karenanya penguasa kawasan tersebut yang dikenal dengan nama Pucuk Umun beranggapan kalau kelestarian sungai harus dipertahankan.
Setelah itu pasukan tentara kerajaan yang sudah terlatih diminta untuk menjaga dan mengelola wilayah hutan lebat dan perbukitan di sekitar Gunung Kendeng. Dari keberadaan pasukan dengan tugas khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal dari warga Kanekes yang saat ini berada di hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng.
Adanya perbedaan pendapat tersebut memberikan dugaan kalau masa lampau ada identitas sejarah yang sengaja ditutup dan mungkin juga untuk melindungi kelompok Kanekes dari serangan musuh Pajajaran.