Lihat ke Halaman Asli

Karina Rae Bilqis

Universitas Airlangga

Ketertarikan sebagai Awal Membangun Hubungan

Diperbarui: 6 Juni 2022   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernah tau kenapa kita bisa tertarik sama orang lain? Lalu bagaimana kita bisa dekat dengan orang lain dengan membangun hubungan?

Kalo kita tertarik atau terpesona dengan seseorang kita lebih ingin menghabiskan waktu dengan orang tersebut. Dalam hubungan pertemanan juga diperlukan ketertarikan untuk memulai pertemanan.

Ada pepatah never judge a book by its cover atau jangan menilai seseorang dari luarnya saja tetapi tidak dipungkiri ada beberapa dari kita melihat awal seseorang dari how they look atau bagaimana penampilan seseorang tersebut. Memang awalnya terkesan seperti terlalu menilai seseorang tetapi pada kenyataan kesan pertama dalam bertemu mempengaruhi bagaimana kita melihat orang tersebut. Misalnya dengan kesan pertama yang sopan, rapi serta ramah akan membuat kita secara sadar menilai orang tersebut menarik dan dapat berteman baik. Beda cerita dengan orang yang berpenampilan judes serta garang yang dimana kita akan menilainya sulit untuk berteman dengan dia.      

Menurut Judith Langlois dan koleganya ia menyimpulkan bahwa orang yang menarik atau attractive, mereka berbeda dari orang yang tidak menarik dari bagaimana dia dinilai, diperlakukan atau dari perilaku mereka.

Menurut Buss & Kenrick (1998), orang yang terlihat menarik (attractive) biasanya akan tampak muda. Pendapat Rhodes, Hickford & Jeffrey, (2000); Gardner & Tockerman, (1994) attractiveness memiliki kaitan dengan kontur wajah yang feminin dan tubuh yang langsing. Hal ini juga ditemukan pada laki-laki. Maka dari itu penampilan yang menarik sebagai aset, ada yang menghabiskan banyak di kosmetik dan fashion bisa menjadi investasi untuk masa depan mereka.

Ketertarikan kita terhadap orang tidak hanya sebatas degan penampilan tapi ada hal yang dapat mempengaruhi lainnya seperti proximity, familiarity, similarity dan karakteristik personal.

Proximity seperti faktor hidup yang dekat. Leon Festinger dan koleganya menemukan bahwa orang akan lebih menyukai dalam memilih teman yang tinggal satu tempat tinggal atau lantai yang sama (Festinger, Schachter, & Back, 1950). Jika kita sering bertemu dengan orang tersebut tentunya membuat kita mudah berteman dengannya. Salah satu contohnya di lingkungan sekolah, kita sering bertemu saat di sekolah bahkan sekelas membuat kita akan lebih dekat lagi dengan orang tersebut dan kita menjadi akrab.  

Familiarity seperti apakah kita merasa seperti kita mengenal dia. Menurut Norton, Frost, & Ariely (2007) mencatat bahwa semakin banyak kita belajar tentang bagaimana orang lain, semakin banyak kita menemukan hal-hal yang membuat orang itu berbeda dari diri kita sendiri, dan ini dapat menyebabkan ketidaksukaan: efek 'less is more'. Ada hal tertentu yang membuat kita kurang dekat dengan orang lain semisal berbeda hobi atau tidak menyukai hal yang sama. Terkadang kita mengetahui hal yang mengesalkan dari orang tersebut sehingga kita enggan lebih dekat dengan dia.

Similarity adalah apakah dia orang seperti kita, bisa dalam hal kultur atau perilaku yang sama.

Karakteristik Personal seperti kepribadian yang baik, ramah dan hangat akan membuat kita lebih tertarik dengan orang tersebut.

Lalu ada self-disclosure, dalam hal ini yang membuat kita cenderung lebih terbuka dengan orang yang dekat dengan kita sehingga kita membagi informasi personal kepada orang yang dekat tersebut karena kita merasa percaya dengan orang tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline