Lihat ke Halaman Asli

Karina Isna Irawan

Economic Researcher

Be a Superhero For The Planet!

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13962523271261366051

“Use your power to make a change in reality!”

“Be a superhero for the planet!”

Menjelang akhir bulan Maret setiap tahunnya, World Wide Fund for Nature (WWF) melakukan kampanye penghematan energi melalui program Earth Hour di berbagai belahan dunia. Kampanye yang dilakukan Earth Hour WWF ini mempromosikangaya hidup ramah lingkungan melalui aksipenghematan energi;berangkat dari semakin menipisnya pasokan energi di planet Bumi, terutama bahan bakar tak terbarukan yang menopang berbagai aktivitas manusia. Melalui blog ini, saya ingin berbagi mengenai bagaimana dan mengapa kita harus berpartisipasi aktif dalam menggalakkangaya hidup ramah lingkungan melaluipenghematan energi dimulai darihal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.

Blog ini terinspirasi dari keterlibatan saya sebagai sukarelawandalam kampanye Earth Hour bersama WWF tahun ini. Dari tahap persiapan hingga pelaksanaan yang mencapai klimakspada tanggal 29 Maret 2014, saya memeroleh banyak informasi mencengangkan seputar konsumsi energi di seluruh belahan dunia.

Tahukah kawan bahwa konsumsi energi di dunia terus meningkat setiap tahunnya?

Data statistik yang saya temukan dari jurnal energi terbitan International Energy Agency (IEA) menunjukkan peningkatanjumlah konsumsi energi yang signifikan dari tahun ke tahun.

(International Energy Agency, 2013)

Menurut WWF (2009), kegagalan Protokol Kyoto dalam upaya menurunkan emisi green house gases atau gas rumah kaca serta signifikansi penerapanProtokol Montreal yang rendahmencerminkan kompleksitas permasalahan lingkungan yang kita hadapi saat ini. Padahal, dampak dari permasalahan lingkungan dan kelangkaan energi kian dirasakan oleh berbagai mahluk hidup serta ekosistem alam di seluruh belahan dunia. Hal inidibuktikan olehsemakinbanyaknya gerakanyang gencar melakukan sosialisasi penghematan energi, termasukorganisasi internasional sepertiWWF. Berbagai negara pun mulai mendorong inovasi teknologi melaluipemanfaatan sumber energi terbarukan (renewable energy).

Pemanfaatan energi terbarukan merupakan salah satu solusi yang ramai dikembangkan. Sumber-sumber energi sepertitenaga matahari, angin, danpanas bumi (geotermal) dianggap lebih baik karena bersifat ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Energi jenis initersedia dalam jumlah sangat banyak, sehinggabisa digunakan secara terus-menerus tanpa menimbulkan efek negatif bagi lingkungan sekitar baik dalam proses produksi maupun pemakaiannya. Di berbagai negara maju, seperti Amerika Serikat—terutamanegara bagian California—telah banyak dibangun reaktorpembangkit listrik tenaga surya (solar power system) dan pembangkit listrik tenaga angin (wind power system). Dengan pengelolaan yang tepat guna, sumber energi terbarukan seperti ini berhasil menyediakan energi bersih yang ramah lingkungan untuk masyarakat luas.

Akan tetapi, permasalahan muncul ketika tidak semua pihakdapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya penghematan energi. Di samping itu, muncul juga keluhan akan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mengembangkanteknologi pemanfaatan energi terbarukan, terutama baginegara berkembang seperti Indonesia. Lalu,bagaimana? Apa yang bisa kita lakukan untuk ikut serta membantu upaya ini?

Sebagai individu, tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk ikut berpartisipasi dalam upaya penghematan energi. Hal terpenting yang harus dimilikiadalah komitmen terhadap diri sendiri untuk menerapkan gaya hidup hemat energi. Ketergantungan kita yang tinggi terhadap energi, terutama listrik,bisa jadi membuat kiat ini sulit dijalankan. Padahal, kita dapat melakukan penghematan energi melalui upaya-upaya sederhana yang sering kita sepelekan, seperti mengurangi penggunaan perangkat elektronik serta mematikannya ketika sedang tidak digunakan.

Matahari bersinar dengan cerah pada siang hari sehingga memberikan penerangan alami di dalam ruangan?

PADAMKAN LAMPU.

Terbiasa hanya melepas charger dari telepon genggam atau perangkat serupa ketika selesai diisi ulang?

BIASAKAN MENCABUT ALAT PENGISI ULANG LANGSUNG DARI SUMBER LISTRIK.

Berpergian ke suatu tempat menempuh jarak yang tidak jauh?

BUDAYAKAN BERJALAN KAKI, BERSEPEDA, ATAU MENGGUNAKAN KENDARAAN UMUM.

Tidak susah kan kawan?

Kita hanya perlu satu jari untuk mematikan lampu, dua jari untuk mencabut kabel dari sumber listrik, dan hanya kemauan yang cukup untuk berkomitmen pada pola hidup sehat dengan membiasakan berjalan kaki atau bersepeda. Kita tidak harus melakukan hal-hal besar seperti mengembangkan energi terbarukan jika memang tidak memiliki keahlian. Kita tidak perlu mengikuti berbagai konferensi internasional terkait isu lingkungan jika tidak akan mampumemberikan solusi nyata. Kita tidak perlu terus-menerusmengkritik dan menyalahkanpemerintah. Kita hanya perlu memulai hal-hal kecil itu dari diri sendiri dan menularkannya ke orang-orang disekitar kita seperti yang saya lakukan dalam blog ini. Kalau satu jam Earth Hour setiap tahunnya saja berhasil menghemat pasokan energi begitu banyak, bayangkan jika semua orang di dunia mulai melakukan penghematan energi meskipun hanya melalui kiat-kiat kecil ini secara rutin!

Mengapa kita harus melakukan tiga hal sederhana itu kawan-kawan?

Apakah dampaknya cukup signifikan?

Menurut saya pribadi, tiga hal sederhana tersebut merupakan upaya penghematan energi yang paling cocok dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia, terutama karenaIndonesia belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengembangkanteknologi energi terbarukan. Lebih penting lagi, tiga upaya sederhana yang saya kemukakan dalam blog ini dapat dilakukan oleh siapapun; dari mereka yang masih anak-anak hingga yang sudah menginjak lanjut usia sekalipun terlepas dari kelas sosial dan ekonominya.

Melalui momentum Earth Hourdi Indonesia pada tahun 2014 ini saja, beban listrik di wilayah Pulau Jawa, Madura, dan Bali berhasil ditekanhingga 509 Mega Watt (MW). Bayangkan! Hanya dengan memadamkan listrik selama satu jam pada Sabtu (26/3) malam yang lalu, berhasil dilakukan penghematan energi listrik sebesar 2,56 % jika dibandingkandengan penggunaan pada hari biasa (Suhendra, 2014). Data ini dapat menjadi cerminan bagi kita bahwa bahkan upaya sekecil dan semudahmematikan lampu selama 60 menit saja biasmemberikan dampak signifikan bagi upayapenghematan energi. Bayangkan kawan-kawan, jika kalian melakukan tiga hal sederhana sepertiyang saya lakukan―bersama-sama dengan intensitas dan durasiwaktu yang jauh lebih lama, makapasti dampaknya pun akan lebih signifikan bukan? Hanya dengan satu-dua jari, kita dapat menurunkan konsumsi listrik di wilayah Indonesia sembari membantu pemerataan akses listrik yang kini belum dirasakan oleh lebih dari 50 juta penduduk Indonesia (WWF Indonesia, 2014).Kawan, Kita hanya perlu berinisiatif lebih untuk menyelamatkan planet Bumi!

Jika kita semuasudah memilki inisiatif yang lebih dalam mendukung upaya penghematan energi bersama dengan pemerintah, saya yakindampaknya pun akanjauh lebih signifikan. Saya sangat berharap Indonesia memiliki pemimpin yang peduli terhadap lingkungan dan menjadikannya prioritas, termasuk denganmendukung gerakan Earth Hour. Akan sangat luar biasa jika Indonesia dapat melaksanakan Earth Hour serentak di seluruh bentangan wilayah Nusantara.

Meskipunhanya berlangsung selama satu jam setiap tahunnya, saya yakin gerakan seperti Earth Hourini bisa di manfaatkan oleh Indonesia sebagai solusi alternatifdalammengatasi kelangkaan energi serta mewujudkan pemerataan pasokan listrik bagi setiap orang. Saat ini, di Indonesia telah berdiri sekitar 34 komunitas pendukung gerakan Earth Hour. Dengan jumlah yang lebih banyak, apalagi ditopang oleh dukungan nyata dari pemerintah, tentu dampaknya pun akan jauh lebih spektakuler daripada yang sudah-sudah.

Sebagai penutup blog ini, saya ingin mengetuk hati siapa saja yang merasa skeptis dan meremehkan isu penghematan energi. Sadarlah kawan, kalau bukan kita yang bertindak, siapa lagi? Planet Bumi membutuhkan upaya nyata dari kita semua.Saya percaya, di balik sikap skeptis banyak orang, mereka pun ikut merasakan dampak dari berbagai upaya penghematan energi tanpa mereka sadari. Jadi, mari kawan, bersama kita mengampanyekan gaya hidup ramah energi melalui cara-cara sederhana. Ingat! Hanya perlu satu jari untuk membuat planet Bumi tersenyum.

Little things done by many create big impacts.

#IniAksiku

#ManaAksimu?

Referensi

International Energy Agency (2013) Key World Energy Statistics.Paris: Organization for Economic Cooperation and Development & International Energy Agency.

Suhendra, Zulfi (2014) Gelar Earth Hour, Beban Listrik Jawa-Bali Merosot 509 MW [WWW] Detik Finance. Diakses dari: http://finance.detik.com/read/2014/03/30/111739/2540804/1034/gelar-earth-hour-beban-listrik-jawa-bali-merosot-509-mw [30 Maret 2014].

World Wide Fund for Nature (2009) Agar Tidak Padam Selamanya [WWW] World Wide Fund for Nature. Diakses dari: http://www.wwf.or.id/berita_fakta/berita_fakta/newsclimateenergy.cfm?13240/Agar-Tidak-Padam-Selamanya [30 Maret 2014].

WWF Indonesia (n. d.) Frequently Asked Question [WWW] World Wide Fund for Nature. Diakses dari: http://earthhour.wwf.or.id/faq.php#.Uzj3J2KSxiQ [30 Maret 2014].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline