Lihat ke Halaman Asli

Karina Trijono

@soloputri.id

Mengenal Teknik Tie Dye yang Saat Ini Sedang Populer

Diperbarui: 31 Oktober 2020   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di Indonesia, kita mengenal berbagai macam jenis batik dengan ciri khas masing-masing yang berbeda. Bahkan, setiap daerah pun memiliki jenis batik berbeda-beda dan uniknya setiap motif tersebut menyimpan filosofis tersendiri, baik dari bentuk motif, warna dan segala unsur yang terdapat di dalam batik tersebut.

Pada prinsipnya, proses membatik merupakan proses rintang warna. Artinya pewarna dihalangi untuk tidak mengenai kain. Untuk proses pembuatan batik, yang menjadi penghalang adalah lilin malam. Lilin malam ditaruh di kain sesuai dengan desain. Baik secara ditulis dengan tangan maupun dicap. Sehingga saat kain dicelup pewarna, bagian yang tertutup lilin malam tidak akan terkena pewarna. Sedemikian rupa sehingga terbentuklah desain yang diinginkan.

Proses rintang warna yang saat ini sedang popular adalah Tie Dye. Sesuai dengan namanya teknik Tie Dye adalah proses dengan cara ikat dan celup. Jika rintang warna pada batik menggunakan lilin malam. Pada teknik Tie Dye rintang warna dilakukan dengan mengikat kain. Bagian yang diikat diharapkan tidak terkena pewarna pada saat pencelupan.

Tie Dye dipopulerkan salah satunya oleh kaum hippies di Amerika pada tahun 1960an. Kala itu Tie Dye dipakai sebagai symbol perlawanan terhadap arus utama. Termasuk perlawanan terhadap kapitalisme dan keseragaman yang sedang berkembang saat itu.

Di Indonesia Tie Dye dapat ditemukan di beberapa daerah. Palembang dengan nama Pelangi atau Cinde. Di Jawa dikenal dengan nama Tritik atau Jumputan. Di Banjarmasin dikenal sebagai Sasirangan. Tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Jika Cinde dan jumputan lebih banyak menggunakan teknik ikat. Sasirangan lebih menekankan pada teknik jelujur (sirang).

Teknik Tie Dye yang juga terkenal di dunia adalah Shibori yang berasal dari Jepang. Teknik ini sudah ada sejak tahun 552 Masehi. Secara garis besar terdapat lima teknik dasar Shibori. Yaitu kumo, kanoko, arashi, nui dan itajime.

Yang membedakan Tie Dye pada umumnya dengan Shibori adalah pada pewarnaannya. Tie Dye memakai warna yang beragam alias warna warni. Shibori hanya mengaplikasikan satu warna yaitu biru. Warna biru ini berasal dari tumbuhan indigofera.

Selain pola-pola yang umum dipakai untuk motif Tie Dye, motif batik pun bisa dibentuk menggunakan teknik ini. Motif batik yang penulis pernah aplikasikan dengan menggunakan teknik Tie Dye adalah motif parang, motif mega mendung, motif kawung dan motif truntum.

Artinya, dengan teknik Tie Dye banyak motif yang bisa dibuat. Tidak melulu motif melingkar yang menjadi trade mark dari teknik ini. Juga motif abstrak seperti yang banyak kita lihat selama ini.

Akhir kata, dengan teknik rintang warna Tie Dye kita bisa melestarikan keindahan Kain Indonesia. Melalui kain Cinde, Jumputan maupun Sasirangan. Atau bisa juga melalui motif-motif lokal yang dibuat dengan teknik Tie Dye.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline