Lihat ke Halaman Asli

RANIA KAREENA SYAMSIE

Pelajar/Mahasiswa

Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara Republik Indonesia di Era Globalisasi

Diperbarui: 2 November 2024   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada masa sekarang, globalisasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan. Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi dan internet yang mempermudahkan pertukaran informasi disusul dengan volume file yang dikirimkan kian besar hingga memasuki tahap ekstrem, dimana komputer yang kian mengecil seukuran genggaman tangan (ponsel) yang mampu mengambil alih peran komputer desktop dan laptop, memungkinkan interaksi dan pertukaran informasi dalam sekejap. Namun, globalisasi juga membawa tantangan, termasuk masuknya ideologi asing yang berpotensi melemahkan identitas suatu bangsa serta tergerusnya budaya lokal. Tanpa fondasi yang kokoh, seseorang akan kesulitan membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya serta orang di sekitarnya.

Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman etnis, budaya, dan agama. Indonesia berpotensi menghadapi gesekan dan perpecahan. Oleh karena itu Indonesia memerlukan landasan ideologis yang kuat dan menyatukan. Pancasila telah menjadi ideologi negara sejak 1945, yang berperan sebagai panduan mencapai tujuan nasional dan menjadi instrumen penting dalam membangun harmoni di tengah keberagaman masyarakan Indonesia.

Esensi Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila mengandung beberapa nilai penting yang menopang identitas dan kedaulatan Indonesia. Pertama, sila Ketuhanan yang Maha Esa mengakui kebebasan beragama bagi setiap negara. Kedua, sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menuntut perlakuan yang setara tanpa memandang latar belakang seseorang dan menjaga keadilan sosial. Demokrasi Pancasila memastikan keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan melalui musyawarah dan diskusi, sementara keadilan sosial mengatur kesejahteraan sosial yang adil dan merata di masyarakat.

Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila melindungi Indonesia dari Ideologi yang bertentangan dengan karakter bangsa yaitu "Bhineka Tunggal Ika" yang berarti berbeda tetapi tetap satu jua dengan tetap menjunjung nilai toleransi di antara perbedaan yang ada.

Presiden Sukarno dalam salah satu pidatonya pernah mengatakan, setiap ideologi berpotensi mengalami radikalisasi yang ia sebut sebagai "peruncingan" atau extremiteit. Ia menegaskan bahwa peruncingan ideologi membahayakan Indonesia. Dalam pandangannya nasionalisme meruncing menjadi chauvinism, salah satu contohnya berupa pemberontakan PRRI/Permesta. Peruncingan agama melahirkan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), sementara komunisme menjadi peristiwa Gestok -Gerakan 1 Oktober- atau pemberontakan PKI. Pada abad 21, potensi pemberontakan seperti itu tidak mungkin lagi terjadi di Indonesia. Demikian halnya komunisme dan sosialisme sebagai partai politik atau ormas, tidak mungkin untuk hidup. Dengan demikian ancaman yang ditimbulkannya juga terbilang tipis.

Beberapa ideologi seperti Liberalisme yang menjunjung kebebasan namun kebebasan yang berlebihan terbukti merusak moral generasi muda dan Kapitalisme bertentangan dengan nilai kebersamaan dan gotong royong yang dijunjung tinggi dalam Pancasila. Dimana liberalisme yang menekankan kebebasan individu berbenturan dengan semangat kolektivisme dalam budaya Indonesia

Selain itu, Pancasila juga menjadi benteng dari radikalisme dan ekstremisme yang mengancam kestabilitasan nasional. Pancasila menanamkan nilai moderasi dan toleransi yang memperkuat hubungan antarsuku dan antaragama sehingga memungkinkan masyarakat Indonesia hidup dengan sejahtera dan damai.

Tantangan Penerapan Pancasila

Di era globalisasi yang serba terbuka, penerapan Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa mengalami beberapa tantangan. Pengaruh ideologi asing yang masuk ke Indonesia sering kali bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang dapat melemahkan identitas bangsa. Contohnya, liberalisme yang mendorong kebebasan individu yang terkadang berlawanan dengan nilai kebersamaan dan gotong royong yang dijunjung tinggi dalam pancasila yang dampaknya bisa menggeser masyarakat ke arah individualisme

Selain itu, penyebaran ideologi pragmatisme dan hedonisme yang berorientasi pada kepentingan material dan kesenangan pribadi yang semakin merajalela. Yang mana hal ini sedikit demi sedikit mengikis makna kebersamaan dan gotong royong masyarakat Indonesia. Sementara itu ketidakadilan sosial yang terjadi karena kesenjangan ekonomi juga menjadi tantangan tersendiri dalam penerapan Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Oleh karena itu, pemerintah harus mengutamakan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat juga penegakan hukum yang berkeadilan, tidak tumpul keatas dan tajam kebawah. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari hari, utamanya keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat.

Solusi: Menghidupkan Nilai Pancasila dalm Kehidupan Sehari-hari

Dalam menghadapi tantangan globalisasi diperlukan beberapa upaya untuk menghidupkan kembali semangat nasionalisme demi menjaga kedaulatan bangsa, sebagai upaya membawa Indonesia menuju negara maju berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:

  • Membangun karakter Generasi Muda sebagai Penerus Bangsa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline