Lihat ke Halaman Asli

Karim Noer

Pelajar Sepanjang Masa

20 Mei 2023 Hari Patah Hati Sepak Bola Indonesia

Diperbarui: 22 Mei 2023   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: kelumajang.com

Sekiranya semuanya sepakat jika dikatakan sepak bola merupakan olahraga yang sangat dekat dengan masyarakat Indonesia. Sejak usia belia, anak-anak nusantara sudah terbiasa memainkan si kulit bundar, walaupun itu dilakukan dengan sangat sederhana. Sebut saja mereka terbiasa bermain di jalan-jalan gang sempit atau pun di sebuah sawah kosong.

Sehingga tatkala ada kesempatan bangsa ini menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, kegembiraan itu menyebar ke seluruh pelosok negeri. Mengingat mimpi anak-anak muda untuk melihat bintang sepak bola dunia langsung di depan mata menjadi kenyataan. Namun apa dikata, tanggal 20 Mei 2023 itu kini menjadi hari patah hati nasional.

FIFA benar-benar mencoret Indonesia sebagai tuan rumah kejuaraan bergengsi tersebut karena ulah segelintir orang. Dan Negara Argentina ditunjuk sebagai pengganti, sekaligus menuai banyak manfaat yang seharusnya dimiliki oleh negara ini.

Namun begitulah, kini mimpi Skuad Garuda Muda untuk menunjukkan kebolehannya dan menimba berbagai pengalaman harus tertunda. Dan entah kapan lagi bangsa ini mendapat kesempatan yang sama seperti hari kemarin.

Kegagalan Itu Menyakitkan

Gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 merupakan luka lama yang terus mengganggu perkembangan sepak bola Tanah Air. Kekecewaan tersebut mencerminkan kurangnya persiapan dan pengelolaan yang memadai dalam menghadapi tantangan tersebut. 

Dalam rangka menjadi tuan rumah acara olahraga internasional yang prestisius seperti Piala Dunia U-20, diperlukan komitmen, infrastruktur yang memadai, serta kualitas pengelolaan yang tinggi. Walaupun kegagalan itu merupakan ulah dari politisi yang kurang bertanggung jawab.

Gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah menunjukkan adanya kekurangan dalam bidang yang satu ini. Hal ini menimbulkan rasa frustasi dan kecewa bagi para pecinta sepak bola Indonesia yang berharap dapat menyaksikan pertandingan-pertandingan kelas dunia di negeri sendiri. 

Selain itu, kegagalan ini juga dapat berdampak negatif pada perkembangan sepak bola Indonesia secara keseluruhan, termasuk dalam hal pengembangan pemain muda dan peningkatan kualitas kompetisi lokal.

Agar luka ini dapat sembuh, penting bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan sepak bola Indonesia untuk belajar dari pengalaman ini, mengevaluasi penyebab kegagalan, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki situasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline