Film merupakan bagian dari dunia sejak ratusan tahun yang lalu. Berbagai jenis film telah dibuat dengan alur cerita yang berbagai macam jenisnya. Dimana sebuah film memiliki genre serta paradigma masing-masing yang dapat menarik perhatian para khalayak. Paradigma pada film dibagi mencadi 4 jenis yakni, paradigma fungsionalisme ; paradigma empirisme ; paradigma fenomenologi ; dan paradigma kritis. Paradigma-paradigma tersebut memiliki fungsi untuk menganalisis sebuah pesan yang disampaikan dalam sebuah film, mengetahui suatu hal yang difokuskan, serta mengenai aturan-aturan yang harus ditati dalam menginterpretasikan sebuah film. (Astuti, 2022, h.20)
Genre pada film merupakan suatu hal yang penting sebagai acuan para penonton yang akan menikmati film tersebut. Terdapat berbagai jenis genre dalam sebuah film, diantara adalah drama, horor, laga sebagai payung utama (Stam(2017)). Salah satu genre yang seringkali diangkat menjadi sebuah film adalah genre drama. Di dalam sebuah genre tentu terdapat sub-genre yang menjelaskan lebih lagi mengenai film tersebut. Salah satu sub-genre yang juga sering digunakan adalah komedi. Sub-genre ini biasanya menyisipkan beberapa adegan lucu agar dapat menghibur penonton. Jika genre dan sub-genre tersebut dipadukan, maka akan menjadi sebuah alur cerita dalam sebuah film. Contoh film yang mengandung genre drama dan sub -genre komedi adalah Gita Cinta Dari SMA (1979) dan Dear Nathan (2017.
Teman-teman tentu ingat dengan film "Gita Cinta Dari SMA (1979)", film tersebut merupakan film yang pernah di remake pada tahun 2017 dengan judul "Galih dan Ratna". Mungkin terdapat beberapa perbedaan dari film era dahulu dengan yang terbaru, dari dialognya, tampilannya, serta gayanya, mungkin dari beberapa adegan juga ada perubahan ya karena perkembangan zaman yang terus maju.
Galih dan Ratna era 90'an tentu dalam berdialog menggunakan bahasa baku, yang mudah di mengerti oleh semua usia. Beda dengan tahun 2017 yang sudah menggunakan bahasa gaul anak muda zaman sekarang.
Salah satu film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karangan Erisca Febriana, mendapatkan banyak sekali peminat. Sekitar 700.000 penonton, menikmati film ini dengan perasaan yang campur aduk. Bahagia, sedih, serta emosi karena akting dari para pemain.
Kedua film mengangkat cerita mengenai kisah cinta pada usia remaja SMA, dimana masing-masing film memiliki latar belakang yang realistis sama dengan beberapa remaja pada zaman sekarang. Konflik yang muncul pada film ini berhubungan dengan kehidupan manusia saat ini.
- Aspek Genre
Genre film diatas adalah drama, karena filmya dapat membuat para penonton ikut merasakan emosi yang ada dalam adegan yang ada dalam film tersebut. Pada film pertama yakti "Gita Cinta dari SMA (1979)" penonton ikut emosi dikarenakan Ayah Ratna melarang Ratna berhubungan dengan Galih dikarenakan Galih bukan berasal dari keluarga berdarah Sunda dan tidak berasal dari keluarga yang terpandang. Sedangkan pada film kedua yakni "Dear Nathan (2017)", emosi muncul dikarenakan larangan Ayah Salma terhadap hubungan Salma dengan Nathan, karena sikap Nathan yang sering berkelahi dan gayanya seperti anak yang kurang berpendidikan.
- Subgenre
Subgenre komedi hanya terlihat di satu film yakni "Dear Nathan (2017)", pada film ini adegan yang bisa dibilang menghibur adalah ketika Nathan mengendap-ngendap masuk ke rumah Salma pada malam hari. Seketika, ketika Nathan masuk, ibu Salma tiba-tiba mengetuk kamar Salma untuk masuk ke kamar Salma dan berkata pada Salma bahwa ibunya tidak bisa tidur dan memutuskan tidur di kamar Salma, yang menyebabkan Nathan harus bersembunyi di kolong kasur Salma. Saat Nathan tertidur tiba-tiba Nathan berdengkur, dan Ibu Salma mendengarnya dan berpikir ada hantu di kamar Salma. Sedangkan pada film "Gita Cinta dari SMA (1979)" adalah adanya candaan antara Galih dan Ratna yang menghibur penonton juga.
- Paradigma
Paradigma yang ada pada film "Gita Cinta dari SMA (1979)" dan "Dear Nathan (2017)"adalah paradigma fungsionalisme. Pada film "Gita Cinta dari SMA (1979)" menunjukkan bahwa Ayah Ratna yang terlalu memandang status sosial keluarga Galih yang hidup bukan dari keluarga terpanjang serta latar belakang keluarga Galih yang bukan merupakan keluarga yang berdarah Sunda. Sedangkan pada film "Dear Nathan (2017)" ditunjukkan dengan Ayah Salma yang melarang hubungan Salma dengan Nathan karena sikap Nathan yang sering berkelahi tanpa mengerti apa alasan penyebab dari perkelahian serta sikapnya tersebut.
Daftar Pustaka:
Astuti. R.A Vita N.P. (2022). "Buku Ajar Filmologi Kajian Film". Yogyakarta: UNY Press.