DALAM tulisan saya berjudul "Bersepeda dan Literasi" di Kolom Donasi Bolang laman Tebar Hikmah Ramadan (THR) Kompasiana edisi 30 April 2022, saya menyampaikan bahwa United Nation Educational, Scientific and Culture Othanitazion (UNESCO) - Perserikat Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan minat baca masyarakat negeri kita sangat rendah.
Menurut UNESCO, kondisi minat bacanya hanya sebesar 0,001% artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca dan hingga saat ini masih berada di urutan kedua dari bawah.soal literasi dunia.
Sungguh hal yang cukup memprihatinkan, apalagi berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, telah memperkuat alasan Unesco tersebut di mana Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Melihat kondisi seperti itu, belakangan banyak kelompok masyarakat khususnya yang konsen terhadap dunia literasi merasa peduli dengan berupaya membuat sebuah gerakan dalam rangka meningkatkan minat baca pada masyarakat.
Gerakan-gerakan yang dilakukan dibuat sedemikian rupa agar masyarakat menjadi lebih tertarik untuk gemar membaca, seperti membaca buku bersama atau tadarusan buku yang sebelumnya melakukan kegiata jalan kaki menelusuri jejak sejarah tema buku yang akan dibaca.
Atau membuat perpustakaan keliling, taman bacaan, rumah baca, membuat perpustakaan mini di ruang publik, halte bus, dan juga angkutan publik.
Progam Angkot Pintar (AnTar)
Berbicara angkutan kota (angkot) di seluruh kota-kota di Indonesia pada dasarnya tak jauh dari persoalan tentang stigma negatif aspek pelayanan hingga perilaku pengemudi dan performa angkutan yang melekat dalam angkot
Namun sisi lain, ragam angkot dengan sejumlah trayek yang dibedakan dengan ragam warna dan nomor trayek tersebut kemudian menjadi icon kota, bahkan untuk di beberapa kota, angkot menjadi bagian dari sejarah perjalanan sebuah kota dari masa ke masa.
Ditengah upaya pemerintah kota setempat berupaya melakukan perbaikan baik pelayanan dan performa angkot, muncul sebuah aksi yang dilakukan sekelompok aktivis dan para inisiator anak negeri dalam membantu mengangkat citra angkot, meskipun niat baik tersebut belum sepenuhnya mendapat "keberpihakan" dari pemerintah.