Lihat ke Halaman Asli

Cuham Beib

Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Perpustakaan Mini dalam Angkot

Diperbarui: 24 Mei 2022   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Angkot Pintar (foto dok. Tim AnTar)

DALAM tulisan saya berjudul "Bersepeda dan   Literasi" di Kolom Donasi Bolang laman Tebar Hikmah Ramadan (THR) Kompasiana edisi 30  April 2022, saya menyampaikan bahwa United Nation Educational, Scientific and Culture  Othanitazion (UNESCO) - Perserikat Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan minat baca masyarakat negeri kita sangat rendah.

Menurut UNESCO, kondisi minat bacanya hanya sebesar 0,001% artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca dan hingga saat ini masih berada di urutan kedua dari bawah.soal literasi dunia.

Sungguh hal yang cukup memprihatinkan, apalagi berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, telah memperkuat alasan Unesco tersebut di mana Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Melihat kondisi seperti itu, belakangan banyak kelompok masyarakat khususnya yang konsen terhadap dunia literasi merasa peduli dengan berupaya membuat sebuah gerakan dalam rangka meningkatkan minat baca pada masyarakat.

Gerakan-gerakan yang dilakukan dibuat sedemikian rupa agar masyarakat menjadi lebih tertarik untuk gemar membaca, seperti membaca buku bersama atau tadarusan buku yang sebelumnya melakukan kegiata jalan kaki menelusuri jejak sejarah tema buku yang akan dibaca.

Atau membuat perpustakaan keliling, taman bacaan, rumah baca, membuat perpustakaan  mini di ruang publik, halte bus, dan juga angkutan publik.    

Progam Angkot Pintar (AnTar) 

Berbicara angkutan kota (angkot) di seluruh kota-kota di Indonesia pada dasarnya tak jauh dari persoalan  tentang stigma negatif aspek pelayanan hingga perilaku pengemudi dan performa angkutan yang melekat dalam angkot

Namun sisi lain, ragam angkot dengan sejumlah trayek yang dibedakan dengan ragam warna dan nomor trayek tersebut kemudian menjadi icon kota, bahkan untuk di beberapa kota, angkot menjadi bagian dari sejarah perjalanan  sebuah kota dari masa ke masa.

Ditengah upaya pemerintah kota setempat berupaya melakukan perbaikan baik pelayanan dan performa angkot, muncul sebuah aksi yang dilakukan sekelompok aktivis dan para inisiator anak negeri dalam membantu mengangkat citra angkot, meskipun niat baik tersebut  belum sepenuhnya mendapat "keberpihakan" dari pemerintah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline