SETIAP bulan Ramadan dipastikan beragam hidangan buka puasa selalu tersaji di meja makan, dari mulai yang asin, manis, hingga segar, baik yang terbuat dari bahan buah-buahan, sayuran, umbi-umbian, dan sebagainya.
Terlepas dari persoalan minyak goreng langka dan mahal, aneka gorengan seperti bala-bala, gehu, tempe, risoles, cireng dan sebagainya masih menjadi daftar menu unggulan teratas untuk berbuka puasa di bulan Ramadan oleh sebagian besar masyarakat kita.
Disusul dengan hidangan yang manis dan segar seperti, kolak, es buah, dan kurma. Namun ada minuman tradisional nan segar khas negeri ini dan populer Negara-negara di Asia Tenggara, yang tak kalah favoritnya selalu dijadikan menu buka puasa terutama oleh keluarga dan acara buka bersama, yaitu es Cendol (Jawa Barat) atau es Dawet (Jawa Tengah)
Bagi masyarakat Tatar Sunda, sekitar Bandung khususnya, es cendol memang kerap menjadi menu kesegaran andalan buka puasa, apalagi kota ini memiliki produsen es cendol terbaik, cukup besar, terkenal dan legendaris yaitu Cendol Elizabeth (CE)
Dibulan-bulan biasa saja kedai dan roda CE bertebaran di berbagai sudut kota, terutama sekitar Tegalega, Jalan Oto Iskandar Dinata, dan Inhoftank. Apalagi saat Ramadan seolah menjadi bulan panen raya bagi penjual CE, sejak sore menjelang buka berjejer pedagang CE yang menggunakan roda dorong.
Tempo hari, di puasa hari ke-1,3, dan 4, saya buka bersama ( bukber ) keluarga di Rumah Sahabat Bahagia, Sukagalih dengan menu es cendol. Sekilas bisa dilihat saat penyajiannya di vidio reel Instagram di sini.
Cendol