Lihat ke Halaman Asli

Cuham Beib

Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Pernah Terbersit Ingin Jadi Pemain Libero dalam Sepak Bola

Diperbarui: 6 Agustus 2021   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemain Bola Club Lokal. Foto : FB Project

SEJAK dulu sepak bola menjadi salah satu olah raga yang paling populer dan digemari di masyarakat dari berbagai lapisan terutama di Negara-negara berkembang seperti Indonesia meskipun perkembangan dunia sepakbola  di negeri ini belum bisa berbicara di tingkat dunia.

Selain bersepeda, sejak kecil saya  suka bermain bola, tapi sebatas asal tendang dan main-main saja seperti kebanyakan anak-anak lainnya. Di daerah dimana saya tinggal,  Saya beberapa kali pernah ikut serta bersama teman-teman dalam  kompetisi sepak bola anak antar Rukun Tetangga (RT) pada moment perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Beranjak remaja, saya malah jarang berolaharaga, karena pada dasarnya saya memang tidak punya bakat terhadap bidang olah raga. Setiap ada pertandingan besar olah raga apapun yang disiarkan ditelevisi hanya sekedar lihat dan senang begitu saja, tidak fanatik. Itu pun hanya karena terbawa euforia,  kalau di sepak bola paling PERSIB, Brasil, dan Argentina. Saat di pertandingan Tinju kalau ada Muhammad Ali, Elias Pical, atau Mike Tyson, dan di Bulu tangkis kalau ada pemain Indinesia saja yang bertanding.

Saat di karang taruna, saya  menyukai hingar bingar sepak bola dunia, terkadang jadi panitia nonton bareng (nobar) piala dunia, meskipun saat tayang  saya malah jarang menontonnya, lebih memilih asyik berjualan makanan. 

Begitu pula dengan liga Inggris, saya sempat menggemari terutama klub sepak bola Aston Villa dengan pemain favoritnya Savo Millosevic, tapi saya juga tidak tahu kenapa suka dengan klub dan pemain tersebut, hanya gemar begitu saja sampai membeli jerseynya. Anehnya, saya jarang menonton pertandingannya.

Di masa itu pula Saya kembali menggeluti dunia sepak bola antar RT. Saya hanya bermain di kelas "doyok" istilahnya, yaitu kelas paling rendah, pemainnya hanya berkemampuan segitu adanya dan bermain tanpa beban bahkan berkesan lucu-lucuan.  

Posisi saya selalu menjadi pemain belakang (bek) karena sedikitnya saya punya kemampuan dalam menghalau bola serangan lawan, tapi lebih sering kebobolan... hahaha.

Selain itu, bermain di pertandingan antar klub unit karang taruna satu RT. Nama klubnya pun dadakan dan lucu-lucu. Disini juga saya posisinya sebagai pemain belakang tapi kadang menyerang , kadang jadi kiper karena pemainnya hanya 7 orang perklub, bermain dilahan kecil sebuah area taman. Kondisi dulu bermain sepak bola seperti itu  bisa jadi cikal bakal lahirnya sepak bola fustsal sekarang ini. :)

Dari sini lah timbul suatu keinginan ingin menjadi bek tangguh dan professional, mampu menahan serangan lawan setangguh Robby Darwis pemain libero legendaris dari PERSIB. Namun itu hanya terbersit begitu saja tanpa ada keinginan lebih lanjut, hanya sekedar hayalan dan  saya juga tidak pernah memimpikannya.

Sekali lagi, karena dasarnya saya memang tidak punya bakat dalam bidang olah raga, kalau kata orang  Sundanya euweuh cupat ,  apalagi dalam rangka meraih prestise atau prestasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline