Lihat ke Halaman Asli

Desa Mengkalang dan Mitosnya

Diperbarui: 6 Februari 2024   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa mengkalang by Drone 

 DESA MENGKALANG DAN MITOSNYA

 Oleh : Kardianto,S,Pd.SD

Setiap Desa atau daerah pasti memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri yang merupakan pencerminan dari karakter dan pencirian khas tertentu dari suatu daerah. Sejarah desa atau sering kali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun temurun dari orang tua sehingga sulit untuk dibuktikan secara fakta. Tidak jarang  dongeng atau cerita tersebut dihubungkan dengan mitos tempat-tempat tertentu yang dianggap sebagai cikal bakal dari nama sebuah desa. Dalam hal ini, cerita dongeng atau mitos yang telah dipercayai secara turun temurun oleh masyarakat Desa Mengkalang juga akan menjadi kisah yang merupakan identitas dari desa tersebut  yang akan kami tuangkan dalam tulisan ini.

Mengkalang adalah nama sebuah desa yang terletak di bagian pesisir pantai selatan wilayah kecamatan kubu kabupaten kubu raya, desa tersebut persis terletak di tengah pulau yang dikepung oleh beberapa aliran sungai yang langsung bermuara dilaut, sedangkan bagian lautnya langsung  berbatasan dengan kepulauan padang tikar dan pulau-pulau kecil lainnya. Jika ditempuh dengan kendaraan air menyusuri aliran sungai bisa memakan waktu kurang lebih dua jam perjalanan untuk sampai ke desa mengkalang, dan di sepanjang aliran sungai hampir seluruhnya ditumbuhi pohon mangrove yang tumbuh dengan subur.

Ditengah kemajuan zaman, ternyata desa mengkalang masih  menyimpan sebuah cerita mitos yang sampai sekarang masih menjadi kepercayaan masyarakat setempat. Mulai dari asal mula terbentuknya desa tersebut sampai kepercayaan yang masih mendarah daging disebagian masyarakat yang masih mempercayainya.

Dulu sebelum terjadi perubahan nomenklatur Profil desa, desa mengkalang ini bernama Mengkalang Guntung, tetapi setelah ada perubahan Profil desa hanya tinggal Mengkalang, sedangkan kata Guntung dihilangkan, adapun penyebab dihilangkannya kata guntung itu juga tidak diketahui alasannya.

Diceritakan pada zaman dahulu sebelum mengkalang menjadi tempat pemukiman penduduk, merupakan sebuah hutan yang cukup lebat dan padat. Banyak ditumbuhi berbagai jenis pohon-pohon besar seperti, meranti, jelutung, kempas, ramin dan berbagai macam jenis pohon lainnya. Menurut sumber cerita dari orang-orang tua yang ada di mengkalang, dulu ada tiga bersaudara yang salah satunya bernama Rahmat, sedangkan dua saudaranya lagi tidak diketahui namanya, dan dari mana mereka berasal juga tidak diketahui. Ketiga orang ini berlayar menggunakan sampan mengarungi lautan, dan kemudian  sampailah mereka di muara sungai yang mempunyai cabang tiga. Sungai pertama bernama seruat sekarang menjadi desa seruat, yang kedua sungai guntung   menjadi desa mengkalang guntung, dan yang ketiga sungai jambu menjadi desa mengkalang jambu.

Ketiga bersaudara ini kemudian menyusuri aliran sungai  guntung, mereka terus masuk ke hulu sungai dengan menggunakan sampan yang mereka dayung sendiri. Setelah sekian lama menyusuri aliran sungai yang berliku-liku, akhirnya sampai lah mereka dihulu sungai tersebut. Kemudian mereka memutuskan untuk menetap sebentar sambil beristirahat melepas lelah, ternyata di bagian hulu sungai itu terdapat dataran tinggi yang jenis tanahnya liat berpasir yang biasa  disebut pematang. Jenis tanah ini sangat cocok untuk bercocok tanam jenis tanaman seperti durian dan jenis tanaman berbatang kayu lainnya.

Setelah melihat tempat itu cocok untuk bermukim, ketiga bersaudara ini kemudian menjadikan daerah hulu sungai tersebut menjadi tempat mereka menetap. Untuk keperluan sehari-hari mereka bercocok tanam dan mencari ikan di sungai, dan biasanya mereka mencari ikan sampai kemuara sungai. Beberapa waktu berlalu, ternyata di bagian muaranya sering dijadikan tempat perahu-perahu yang berlayar dilautan berlindung jika ada gelombang besar. Memang di bagian pesisir muara sungai terdapat tanjung yang cukup panjang yang ditumbuhi pohon mangrove. Sehingga bisa dijadikan tempat berlindung bagi perahu-perahu yang lewat jika terjadi gelombang besar.

Dari hari kehari, semakin banyak perahu yang berdatangan di bagian tanjung muara tersebut apalagi kalau musim angin barat, tentu cuaca menjadi tidak bersahabat. Jadi perahu- perahu itu akan lama bertambat disana sampai cuaca reda. Akhirnya daerah tanjung muara itu semakin hari semakin ramai, bahkan ada yang mulai membuat bagan atau sejenis rumah yang dibuat di tepi sungai atau muara. Kemudian ada diantara mereka melakuan barter sesuai dengan keperluan, dan lama-kelamaan tempat itupun menjadi ramai. Daerah muara inilah sekarang dikenal sebagai Desa Sepok pangkalan, yang masih masuk kedalam Kecamatan teluk pakedai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline