Lihat ke Halaman Asli

Kardiaman Simbolon

Menginspirasi

Renungan Minggu Palma

Diperbarui: 2 April 2023   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika Yesus memasuki kota Yerusalem, Dia tahu bahwa akan ditolak, dihukum dan disalibkan oleh bangsanya, tetapi dia tetap pergi untuk melakukan kehendak Bapa.  Terjadi pergumulan yang hebat agar kehendak Bapa dapat terlaksana.  Hingga akhirnya ia berdoa, "Bapaku, jika cawan ini tidak mungkin berlalu kecuali aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu." 

Waktu ia memasuki kota Yerusalem, banyak orang membentangkan pakaian mereka di sepanjang jalan, sementara yang lain memotong ranting pohon dan menyebarkannya di sepanjang jalan dan mengeluk-elukkan Yesus sebagai raja. 

Mereka berteriak "Hosanna kepada Anak Daud!  Berbahagialah dia yang datang dalam nama Tuhan!  Hosana di surga tertinggi!"  Tapi keesokan harinya orang yang sama berteriak "salibkan dia, biarkan dia disalibkan".  Inilah contoh karakter manusia yang penuh kemunafikan dan kepalsuan. Dua hal ini adalah yang paling berbahaya di dalam sebuah komunitas, di dalam Gereja.  Yesus disalibkan untuk umat-Nya, untuk orang-orang yang memuji Dia.  Itu sebabnya Yesus sering mengkritik orang yang hidup dalam kemunafikan dan kepalsuan dengan sangat keras. 

Kita melihat sosok Yusuf dari Arimatea. "Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus memerintahkan untuk menyerahkannya kepadanya. Dan Yusufpun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih, dan membaringkannya di kubur barunya, yang telah dia pahat dari batu karang, dan, sambil menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur, dia menarik diri." Mat 27

 Yusuf dari Arimatea adalah seorang yang percaya sepenuhnya kepada Yesus, yang menjadi pengikut Yesus dalam diam.  Dia tidak muncul di depan umum, dia tidak banyak bicara, tetapi pada saat tertentu dia menunjukkan imannya.  Ia memeluk tubuh Yesus yang tak berdaya.  Ketika Yesus masih berjalan dan melakukan mujizat, banyak orang mengikutinya, tetapi ketika tubuhnya lemah dan terlihat menjijikkan, banyak orang berpaling darinya.  Jadi, setia seperti Yusuf dari Arimatea adalah tindakan iman yang lebih besar.  

Selamat merayakan Minggu Palma

Berkat dan kasih,

Rm. Kardiaman Simbolon, OCarm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline