Lihat ke Halaman Asli

Kardiaman Simbolon

Menginspirasi

"Lebih Baik Tidak Berdoa"

Diperbarui: 30 Juni 2021   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Ditengah maraknya orang mengatasnamakan Tuhan dan agama untuk menghakimi dan menyingkirkan sesama, saya menghadirkan sebuah refleksi tentang hidup doa dari sudut pandang agama Katolik atau Kristen. Refleksi itu saya tuangkan dalam sebuah buku yang sederhana dengan judul "LEBIH BAIK TIDAK BERDOA". Judul itu bukanlah sebuah dogma atau kesimpulan yang harus diikuti, melainkan sebuah bahan refleksi bagaimana kita menghayati hidup keagamaan dan hidup doa di tengah masyarakat. 

Refleksi ini lahir dari sebuah pergumulan bahwa doa betapapun sucinya tidak serta merta menyenangkan Tuhan jika tidak disertai aplikasi bonum commune. Doa bisa saja menjadi jalan kehancuran bahkan jalan kebinasaan jika digunakan sebagai tameng untuk melibatkan Tuhan dalam berbagai perbuatan jahat. Barang kali lebih baik tidak berdoa dan tidak menyebut nama Tuhan jika setelah itu kita melakukan tindakan yang tidak manusiawi. 

Yesus sendiri bersabda: "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Mat 7:21-23). 

Untuk memahami makna terdalam dari ungkapan lebih baik tidak berdoa, mari kita lihat juga dalam cerita Injil. Siapa orang-orang yang justru menjadi musuh Yesus? Para imam bukan? Orang-orang Farisi dan Ahli Kitab, bukan? Bahkan Yesus beberapa kali melarang kita agar tidak mengikuti cara berdoa mereka, "Apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik." (Mat 6: 5-7). Mereka yang dianggap dekat dengan hal-hal rohani ternyata tidak layak dijadikan teladan berdoa. Mereka justru berkembang menjadi musuh utama Sang Penyelamat. 

 Dalam konteks bahaya doa semacam frase Lebik Baik Tidak Berdoa menemukan makna kedalaman. Oleh karena itu, penulis tidak memaksudkan buku ini untuk mereka yang jarang berdoa. Sebaliknya, kumpulan refleksi ini dialamatkan justru kepada kita yang telah berkecimpung dalam doa. Walaupun diberi judul, "Lebih Baik Tidak Berdoa", buku ini tidak untuk mengajak kita meninggalkan doa; sebaliknya, justru menantang kita untuk sungguh menghayati hidup keagamaan kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline