NU Gres Media Ofisial, begitu namanya. Sedari ia lahir di tengah warga Nahdliyin di Kabupaten Gresik pada 14 Maret 2020 lalu, sudah terlihat gelagat, bahwa dibutuhkan hadirnya.
Saya menduga saja, ini karena memang NU Gres Media memang banyak melayani kegiatan maupun aktifitas publikasi melalui platform lokal tersebut.
Nahdliyin di seluruh dunia memang punya ragam hajatan. Utamanya kelestarian tradisi, yang ini memang dianjurkan untuk diawetkan. Ini pun bagi saya terjadi pula di daerah-daerah.
Contoh dawuh atau kutipan-kutipan ceramah maupun pengajian. Kita ketahui bersama berapa banyak larik dawuh yang diawetkan menjadi sebuah desain konten yang sangat bagus itu.
Lain itu, NU telah memiliki banyak sosok dan lakon idola. Yang dapat menjadi referensi rujukan dalam berkehidupan.
Para Wali dengan kisah tuturnya, Muassis NU, Masyayikh yang sudah berpulang dan dikenang. Bahkan, hingga Kiai yang tengah berjuang menghidupkan kredo pendahulunya.
Pada dasarnya, medan transformasi dan edukasi kepada umat, kepada jamaah---istilahnya, menjadi semakin efektif dan efisien. Menjadi semakin luas.
Akhir-akhir ini, saya pun terlibat di dalamnya. Menulis. Menulis apa saja. Aktifitas jamaah NU Gresik, hingga membantu melakukan editing. Meski memang saya bukan ahli bahasa atau lulusan perguruan tinggi. Tapi saya mau belajar.
Menulis adalah hobi temurun dari almarhumah Ibu saya. Setiap tulisan yang akan mendatangkan manfaat---misalnya, ada sedikit harap, begini; "Ya Allah, nek wonten ganjarane, kagem ibuk kulo,".
Belakangan, saya bertambah suka menulis dan membaca tulisan orang lain. Tentu tulisan tertentu. Tulisan pendek dan penuh inspirasi. Yang seperti ini suka sekali.